INILAHCOM, Jakarta--Pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Timur Tengah (Timteng)--termasuk Suriah--masih terus berlangsung. Ada sindikat yang mengatur. Tahun lalu pihak berwenang di Indonesia berhasil membongkar satu sindikat perdagangan orang jaringan Suriah.
Dua anggota disindikat berhasil ditangkap di Jakarta dan tersingkap bukti bahwa mereka menggunakan modus operandi dengan memalsukan identitas para korban yang masih berada di bawah umur.
Terungkap pula para tenaga kerja sektor informal tersebut dijanjikan akan menerima gaji besar, tetapi setelah bekerja mereka tidak menerima gaji yang dijanjikan bahkan sempat tidak digaji sebelum dijual ke majikan lainnya.
Pembongkaran sindikat itu tampaknya tidak mampu memutus mata rantai jaringan perdagangan manusia dengan kedok pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.
Upaya mencegahnya telah pula ditempuh oleh pihak-pihak terkait.
BNP2TKI, Ditjen Imigrasi, Bareskrim Polri, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Agama dan Kementerian Luar Negeri sudah meneken nota kesepakatan untuk memperkuat aspek pencegahan pengiriman tenaga kerja domestik secara ilegal.
Langkahnya antara lain, Ditjen Imigrasi memperketat pemberian paspor sejak awal 2017. Hasilnya, terdapat hampir 6.000 pemohon paspor yang ditolak.
Di bandara internasional di Indonesia, aparat juga memperketat pemberangkatan warga dan hasilnya lebih dari 1.000 ditolak keberangkatannya selama 2017 karena dicurigai akan dijadikan tenaga kerja ilegal.
Namun langkah-langkah tersebut tak cukup menghentikan pengiriman tenaga kerja sektor informal ke negara-negara yang sudah dinyatakan dilarang.
"Kita juga tahu ada modus baru bahwa penempatan ke Timur Tengah itu tidak langsung ke Timur Tengah tetapi melalui Malaysia. Ini yang agak menyulitkan kita.
"Karena mereka diberangkatkan ke Timur Tengah tidak dari Jakarta tetapi melalui Malaysia," papar Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Hermono.
Suriah, meskipun mengalami peperangan selama sekitar tujuh tahun terakhir, masih memerlukan jasa tenaga kerja domestik.
"Penggunanya memang ada di Suriah sendiri karena memang difasilitasi oleh agen-agen gelap di Indonesia. Jadi memang market (pasarnya) ada," ungkap Pejabat Fungsi Pensosbud KBRI Damaskus, Miranda Ekawaty Mukhlis.
Sebelum perang, para tenaga kerja Indonesia, pada umumnya tenaga kerja wanita (TKW), agak mudah dijumpai di tempat-tempat keramaian bersama majikan mereka. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan Singgah Dulu di Malaysia, Baru TKI ke Timteng : http://ift.tt/2GTWK2TBagikan Berita Ini
0 Response to "Singgah Dulu di Malaysia, Baru TKI ke Timteng"
Posting Komentar