INILAHCOM, Florida -- Para pelajar di sebuah SMU di Florida, AS dalam aksi unjuk rasa yang digelar bersumpah tidak akan tinggal diam menghadapi bahaya senjata yang terus berlanjut.
Aksi unjukrasa itu digelar beberapa hari setelah terjadi penembakan di SMU Marjory Stoneman Douglas, di Parkland, Florida, 14 Februari lalu yang menewaskan 17 orang dan dianggap sebagai penembakan paling mematikan ketiga dalam sejarah AS,
Ini adalah unjukrasa kedua yang dilakukan para pelajar itu sebagai gerakan revolusi pelajar menentang lemahnya UU Kepemilikan Senjata di AS. Emma Gonzalez adalah salah satu wajah gerakan ini. Ia sebelumnya mengecam para politisi, termasuk Presiden AS Donald Trump, yang menerima sumbangan kampanye dari Asosiasi Senjata Api Amerika (NRA).
Para pelajar AS lainnya juga menggalang gerakan media sosial untuk melawan budaya senjata di AS. Beberapa gerakan anti-senjata di media sosial diberi tagar #MeNext dan #NeverAgain, demikian VOA melaporkan, Senin (19/2).
Gubernur Florida Rick Scott menghadiri misa gereja yang didedikasikan untuk para korban penembakan massal tersebut. Ketika penguburan para korban akan dilangsungkan akhir pekan ini, sebuah pameran besar senjata digelar di kawasaan Miami, Florida. Sekitar 5.000 orang diperkirakan akan menghadiri pameran tahunan itu, di mana para pengunjung bisa membeli berbagai jenis senjata, termasuk AR-15 yang digunakan dalam aksi penembakan sekolah di Parkland. Para penjual senjata swasta tidak diharuskan mengecek latar belakang para pembeli senjata.
Sementara itu di Washington, pemimpin minoritas Senat Chuck Schumer, seorang Demokrat dari New York, mengatakan, usulan anggaran Gedung Putih untuk 2019 akan mempermudah pembelian senjata.
"Presiden Trump dalam anggarannya justru memangkas dana untuk sistem pengecekan latar belakang, baik untuk para kriminal yang seharusnya tidak boleh memiliki senjata, maupun untuk mereka dengan gangguan mental yang juga seharusnya tidak boleh memiliki senjata," kata Schumer.
Trump mengecam FBI karena gagal menindaklanjuti petunjuk-petunjuk yang ada mengenai pelaku penembakan, yang kemungkinan dapat mencegah insiden maut di sekolah di Florida. Wakil Presiden Mike Pence mengatakan pemerintahnya akan menjadikan keamanan sekolah proritas utama.
Namun para penyintas dalam aksi penembakan di Florida dan para pelajar lainnya di berbagai penjuru AS merasa frustasi karena kurangnya tindakan dari para pemimpin politik. Emma Gonzalez, salah satu yang paling vokal, mengecam para politisi yang menerima sumbangan dari NRA.
"Untuk setiap politisi yang menerima sumbangan dari NRA, Anda seharusnya merasa malu," kata Gonzalez
Gonzalez mengatakan Trump menerima US$30 juta dari NRA, dan membatalkan peraturan-peraturan yang dibuat pendahulunya yang kemungkinan dapat mencegah ribuan orang yang memiliki gangguan mental untuk membeli senjata api.
"Dibagi dengan jumlah korban penembakan senjata di Amerika Serikat dalam satu setengah bulan pertama pada 2018, ini berarti US$5.800 per orang. Trump.Sebegitukah nilai orang-orang ini?"
Gerakan-gerakan seperti #MeNext dan #NeverAgain mulai terbentuk di berbagai penjuru Amerika. Gerakan itu ditujukan untuk menentang apa yang dianggap sebagai "kenormalan baru," yang makin meningkat bagi generasi sekarang, yakni kemungkinan tertembak di sekolah. Para aktivis juga berusaha menciptakan sebuah kenormalan baru, yakni perasaan malu bila menerima dana dari para pelobi senjata.
Berbagai aksi protes direncanakan akan digelar pada bulan-bulan mendatang dan bahkan ada diskusi mengenai kemungkinan memboikot sekolah-sekolah secara serentak hingga tuntutan para pelajar mengenai UU senjata yang masuk akal dipenuhi. [voa/lat]
Baca Kelanjutan Kasus Penembakan, Pelajar AS Kecam Politisi : http://ift.tt/2ECwOs6Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kasus Penembakan, Pelajar AS Kecam Politisi"
Posting Komentar