Search

Puluhan Ribu Anak Dirundung Seksual di Australia

INILAHCOM, Jakarta -- Sebuah penyelidikan yang berlangsung lima tahun terhadap pelecehan seksual anak di Australia telah menyampaikan lebih dari 400 rekomendasi dalam laporan akhir mereka.

Komisi Respons Institusi terhadap Pelecehan Seksual Anak Australia menemukan bukti pelecehan seksual yang mengguncang di dalam berbagai institusi, antara lain gereja, sekolah dan klub olahraga.

"Puluhan ribu anak telah dilecehkan secara seksual di banyak lembaga Australia. Jumlah yang sebenarnya tidak akan pernah kita ketahui," tulis laporan komisi tersebut, seperti dikutip dari BBC.

Yang sering dilaporkan sebagai pelaku pelecehan dan serangan seksual itu justru adalah para pemuka agama dan guru sekolah, kata laporan tersebut.

"Ini bukan kasus sejumlah 'apel busuk' belaka. Institusi-institusi masyarakat yang penting benar-benar bermasalah," tambah laporan tersebut.

Sejak tahun 2013, komisi itu telah melaporkan lebih dari 2.500 tuduhan kepada pihak berwenang.

Laporan akhir itu dirilis pada hari Jumat (15/12/2017), berisi 409 rekomendasi, 220 di antaranya sudah dipublikasikan sebelumnya.

"Para bocah korban dan terduga pelaku, terbesar jumlahnya di lembaga-lembaga Katolik," kata laporan tersebut.

Komisi tersebut sebelumnya merekomendasikan agar para pemuka agama Katolik dituntut secara pidana jika mereka tidak melaporkan pelecehan seksual yang dilaporkan kepada mereka selama pengakuan dosa.

Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan bahwa komisi tersebut telah mengungkap terjadinya 'sebuah tragedi nasional.'

"Saya berterima kasih kepada para anggota komisi dan mereka yang berani menceritakan kisah mereka. Terima kasih banyak," kata Turnbull, Jumat (15/12/2017).

Komisi penyelidikan nasional ini melakukan lebih dari 8.000 sesi pembicaraan secara tertutup dan pribadi dengan korban dan mengumpulkan sekitar 1.300 pengakuan tertulis.

Tulisan-tulisan itu disusun dalam sebuah buku, Message to Australia, "Pesan bagi Australia", yang oleh seorang pengacara digambarkan dalam kata-kata bersayap. "terlalu berat untuk diangkat."

Komisi yang merupakan bentuk penyelidikan publik tertinggi di Australia itu telah dihubungi oleh lebih dari 15.000 orang, termasuk para sanak dan saudara korban.

Lebih dari 8.000 korban menceritakan kisah mereka, banyak di antaranya baru pertama kali mengungkapkannya, dalam sesi tertutup dengan para anggota komisi.

Komisi juga menerima lebih dari 1.300 laporan tertulis, dan menyelenggarakan sejumlah dengar pendapat publik di setiap negara bagian dan teritori.

Mayoritas korban adalah laki-laki, dan lebih dari setengahnya mengatakan bahwa mereka dilecehkan secara seksual di lembaga keagamaan.

Lebih dari sepertiga mengatakan bahwa mereka menderita pelecehan oleh lebih dari satu orang pelaku.

Lebih dari separuh penyintas menderita penyalahgunaan seksual pertama saat berusia antara 10 dan 14 tahun, sementara hal tersebut diderita anak perempuan di usia yang lebih muda.

Sepanjang penyelidikan, banyak pemimpin agama mengakui kegagalan mereka dan meminta maaf kepada korban.

Pada hari Jumat (15/122017), Ketua Konferensi Waligereja Australia, Uskup Agung Denis Hart menyampaikan suatu permintaan maaf 'tanpa syarat.'

"Ini merupakan masa lalu yang memalukan, yang membuktikan bahwa budaya kerahasiaan dan perlindungan diri menyebabkan penderitaan yang tidak perlu bagi banyak korban dan keluarga mereka," katanya.

Kepala gereja Anglikan di Australia, Uskup Agung Melbourne Dr Philip Freier juga menyampaikan permintaan maafnya.

"Saya meminta maaf atas nama gereja, kepada para penyintas, keluarga mereka, dan pihak-pihak lain yang dirugikan oleh kegagalan kami dan cara kami yang memalukan ketika secara aktif menghalangi dan mencegah orang-orang yang mengadu kepada kami untuk melaporkan pelecehan yang mereka alami," kata Freier. [bbc/lat]

Let's block ads! (Why?)

Baca Kelanjutan Puluhan Ribu Anak Dirundung Seksual di Australia : http://ini.la/2424700

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Puluhan Ribu Anak Dirundung Seksual di Australia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.