INILAHCOM, Jakarta -- Pertumpahan darah di Donbass, Ukraina bagian timur antara pemberontak pro-Rusia melawan militer Ukraina tampaknya tidak akan berhenti dalam waktu dekat ini. Darah bakal terus berceceran di sana.
Perkiraan ini muncul setelah akhir pekan ini Departemen Amerika Serikat (AS) memutuskan akan menjual senjata mematikan untuk Ukraina sebagai usaha membantu negara itu menghadapi pemberontak pro-Rusia.
Televisi ABC melaporkan, paket senjata mematikan senilai USD47 juta dolar itu mencakup penjualan 210 misil anti-tank dan 35 peluncur misil.
Keputusan AS itu langsung diprotes Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyebut keputusan AS itu bisa memicu konflik baru di wilayah Donbass, Ukraina bagian timur.
Beberapa hari lalu Pemerintah Ukraina dan pemberontak pro-Rusia mencapai kesepakatan gencatan senjata menjelang Tahun Baru dan perayaan Natal Gereja Ortodoks. Tapi tak lama, karena kedua pihak melanggar kesepakatan tersebut.
Deputi Menteri Luar Negeri Rusia yang lain, Grigory Karasin mengatakan bahwa manuver AS itu dapat merusakan upaya mewujudkan kesepakatan politik di Ukraina.
Langkah itu juga akan menyulitkan penerapan Perjanjian Minsk pada 2015. Perjanjian Minsk pada 2015 lalu yang ditandatangani oleh Rusia, Ukraina, dan sejumlah negara Eropa lainnya, berisi tentang upaya untuk mengakhiri konflik di Donbass antara Ukraina dan pemberontak yang didukung Kremlin.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyerukan untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan Rusia. Namun, ya itu tadi, bantuan persenjataan ang diberikan ke Ukraina kemungkinan mengancam rencana tersebut.
Menlu AS Rex Tillerson pernah memperingatkan Rusia bahwa pertikaian menyangkut Ukraina merupakan satu-satunya rintangan paling sulit dalam usaha menghangatkan hubungan antara kedua negara. [voa/lat]
Baca Kelanjutan Darah Bakal Terus Berceceran di Ukraina : http://ift.tt/2znIdbKBagikan Berita Ini
0 Response to "Darah Bakal Terus Berceceran di Ukraina"
Posting Komentar