INILAHCOM, Washington DC - Hotel-hotel di Washington DC telah mengosongkan seluruh lantainya. Sementara restoran-restoran mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman bank agar bisa tetap beroperasi. Telepon-telepon di biro-biro perjalanan pun telah berhenti berdering.
Di ibu kota AS itu, tempat lebih dari 20 juta wisatawan yang biasanya berkunjung, penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah AS telah mengancam bisnis wisata yang bergantung pada pegawai pemerintahan dan daya tarik monumen pemerintahan dan museum.
"Rasanya seperti seharusnya telepon ini terus berdering. Saya pikir orang-orang khawatir untuk memesan dalam waktu dekat," kata Adam Plescia, pemilik Custom Tour of DC, seperti dikutip dari VOA News.
Januari sebenarnya adalah bulan yang sepi bagi pariwisata di Washington DC, ketenangan antara musim liburan dan festival bunga sakura pada Maret.
Tapi keheningan tahun ini sungguh memekakan telinga, karena penutupan sebagian kegiatan pemerintah sudah memasuki hari ke-26 yang terjadi karena tuntutan dana US$5,7 miliar dari Presiden AS Donald Trump untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.
Tujuh belas museum Smithsonian yang berada di kota telah ditutup. Gedung Putih tertutup bagi wisatawan. Monumen terbuka di National Mall, meski masih dapat diakses, namun mungkin kurang menarik di tengah pemandangan sampah yang menumpuk di tempat-tempat sampah dan berserakan karena belum dibersihkan oleh Layanan Taman Nasional sejak dirumahkan.
Yohannes Zekele pemilik Washington DC Legend Tours berkata ia belum menerima panggilan untuk pemesanan tur dalam beberapa hari.
Dia sering memberikan tur kepada pelobi atau orang-orang profesional yang mengunjungi ibu kota untuk konferensi. Tetapi alasan untuk berkunjung semakin sedikit ditambah dengan banyaknya agen federal yang tutup.
"Dampaknya besar," kata Zekele.
Yang pasti, penutupan itu tidak membuat semua wisatawan enggan berkunjung. Tetapi setidaknya beberapa dari mereka yang datang ke ibu kota merasa kecewa.
Sharmayne Whitter, seorang guru berusia 38 tahun dari Birmingham, Inggris, menerobos cuaca musim dingin untuk mengambil foto dengan seorang temannya di luar Gedung Putih.
Washington DC adalah perhentian terakhir dari empat pekan perjalanannya di sepanjang pantai timur AS yang telah ia rencanakan sebelum ia mengetahui tentang penutupan itu. Whitter mengatakan, ia menyalahkan Trump atas peluang melihat beberapa destinasi yang terlewatkan.
"Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup, jadi dia agak membatasi kesempatan kami untuk menikmati keindahan Amerika Serikat sebagaimana mestinya," kata Whitter.
Restoran setempat telah melihat adanya 'penurunan drastis' dalam bisnis mereka karena lebih sedikit wisatawan dan pekerja yang cuti memilih untuk tidak makan, menurut Kathy Hollinger, Presiden dan CEO Asosiasi Restoran Metropolitan Washington (RAMW).
"Dalam upaya untuk tidak menutup restoran sepenuhnya, kami harus mengurangi jam kerja, shift, dan beberapa mempertimbangkan untuk buka kurang dari satu hari dalam seminggu, karena tidak ada bisnis yang cukup," kata Hollinger dalam sebuah pernyataan.
Komunitas restoran setempat telah mengalami penurunan penjualan rata-rata 20 persen selama penutupan dengan beberapa restoran melaporkan penurunan sebanyak 60 persen, kata dia.
Menurut survei RAMW, beberapa lembaga restoran telah mempertimbangkan untuk mengambil pinjaman dan beberapa hotel harus mengosongkan seluruh lantainya.
Temuan baru organisasi pemasaran pariwisata independen Destination DC menunjukkan tingkat hunian hotel turun lebih dari 8 persen pada pada pekan 30 Desember 2018 hingga 5 Januari 2019, dibandingkan dengan pekan yang sama tahun lalu.
Destination DC menyusun statistik kunjungan setiap tahun, sehingga terlalu dini untuk mengukur seberapa besar pengaruh shutdown telah mempengaruhi industri pariwisata lokal, kata juru bicara Destination DC Danielle Davis.
Pada 2017, sebanyak 22.8 juta wisatawan mengunjungi Washington dan menghabiskan uang sebanyak US$7,5 miliar.
Baca Kelanjutan Akibat Shutdown, Washington DC Jadi Kota Hantu : http://bit.ly/2TXYEGyBagikan Berita Ini
0 Response to "Akibat Shutdown, Washington DC Jadi Kota Hantu"
Posting Komentar