INILAHCOM, Bangkok--Pemilu di Thailand disebut diwarnai dengan keganjilan dan Komisi Pemilihan Umum Thailand berdalih hal itu terjadi karena kesalahan teknis manusia, media massa, hingga para peretas.
Banyak keluhan tentang beberapa keganjilan selama pemungutan suara hari Minggu dan proses penghitungan yang membingungkan. Demikian BBC melaporkan, Selasa (26/3/2019).
Komisi Pemilihan Umum Thailand (EC) juga menghadapi kritik keras karena keputusannya untuk menunda menerbitkan hasil lengkap Pemilu tanpa memberikan penjelasan apa pun.
Sistem pemilihan umum Thailand yang rumit mengalokasikan beberapa kursi parlemen sesuai dengan jumlah suara yang masuk.
Para kritikus mengatakan perubahan peraturan pemilu yang diinisasi oleh militer pada tahun 2017 memang dirancang untuk menjaga kekuatan pro-militer tetap berkuasa.
Pada hari Senin, Komisi Pemilihan Umum Thailand mengumumkan Pheu Thai, partai yang mendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, telah memenangkan 137 kursi di majelis rendah yang beranggotakan 500 orang.
Partai Palang Pracha Rath (PPRP) yang mendukung pemimpin Thailand saat ini Jenderal Prayuth Chan-ocha, berada di posisi kedua dengan 97 kursi.
Beberapa partai lain masing-masing mendapatkan antara 30 dan 39 kursi.
Namun pemenang dengan 150 kursi masih belum jelas, kata Komisi Pemilihan Umum Thailand.
Pada saat yang sama, sebelumnya komisi mengatakan bahwa dengan lebih dari 90% surat suara dihitung, PPRP telah memperoleh 7,6 juta suara rakyat. Jumlah itu setengah juta lebih banyak dari perolehan suara dari Pheu Thai.
Di tengah kebingungan tentang penghitungan suara, Komisi Pemilihan Umum Thailand diharapkan mengklarifikasi hasil awal Pemilu pada konferensi pers pada hari Senin. Namun, Komisi Pemilihan Umum malah kembali menunda mengumumkan hasil awal dan mengatakan tidak akan mengumumkan hasil resmi hingga 9 Mei.
Lebih dari 50 juta orang memenuhi syarat untuk memilih dalam pemilihan umum yang tertunda lama ini--Pemilu pertama sejak Jenderal Prayuth Chan-ocha memimpin kudeta untuk mengusir saudara perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra, lima tahun lalu.
Tetapi jumlah pemilih yang dilaporkan sangat rendah, hanya 64%. Banyak yang mempertanyakan angka ini serta perbedaan dalam jumlah penghitungan suara.
"Benar bahwa kita harus menyebutnya Pemilu ini curang," kata Thaksin kepada kantor berita AFP.
"Semua orang di Thailand, kalangan internasional yang mengamati pemilihan di Thailand, tahu bahwa terdapat keganjilan," tambahnya. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan Pemilu Thailand Diwarnai Keganjilan : https://ift.tt/2CBQFsiBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilu Thailand Diwarnai Keganjilan"
Posting Komentar