INILAHCOM, Bangkok--Partai Phalang Pracharat, yang menjagokan Jenderal Prayuth Chan-ocha sebagai perdana menteri, meraih lebih dari 7,3 juta suara dari 91% kertas suara yang dihitung hingga Minggu malam (24/03) dalam pemilihan umum pertama sejak kudeta militer tahun 2014.
Perolehan suara itu, menurut Komisi Pemilihan Thailand, sekitar setengah juta lebih besar dibandingkan perolehan suara Partai Pheu Thai (Untuk Rakyat Thailand) yang mendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
Hasil akhir akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan pada Senin (25/3/2019) ini. Wartawan BBC di Bangkok, Jonathan Head, melaporkan jika hasil penghitungan itu resmi dikukuhkan, maka militer akan mendapat mandat populer untuk terus berkuasa.
Pemerintahan militer pimpinan Jenderal Prayuth Chan-ocha yang berkuasa sejak perebutan kekuasaan pada Mei 2014 telah mengubah Undang-Undang Dasar sedemikian rupa sehingga militer tetap berkuasa, meskipun sebelumnya sempat diprediksi memerlukan dukungan dari sejumlah partai politik kecil.
Setelah mengambil alih kekuasaan, militer berjanji untuk memulihkan ketertiban dan demokrasi, tetapi berkali-kali menunda pemilu sampai digelar hari Minggu ini (24/03).
Thailand mengalami ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, pada umumnya diwarnai pertarungan antara kubu pendukung militer dan kubu mantan perdana menteri yang digulingkan Thaksin Shinawatra. Pemilu kali ini pun tak lepas dari pertarungan antara partai-partai promiliter dan sekutu-sekutu Thaksin. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan Pemilu Thailand, Pro-Militer Unggul Sementara : https://ift.tt/2U1xOSsBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilu Thailand, Pro-Militer Unggul Sementara"
Posting Komentar