INILAHCOM, Caracas--Seorang warga negara Indonesia di Venezuela yang sempat mengalami hiperinflasi bercerita harus mengeluarkan uang 1,7 miliar bolivar atau sekitar Rp7 juta untuk makan di restoran, demikian BBC melaporkan, Kamis (23/8/2018).
Tri Astuti, pelaksana fungsi ekonomi Kedutaan Besar Indonesia di Caracas mengatakan acara makan bersama sekitar 20 orang dengan "menu makan siang biasa" terpaksa dibayar melalui transfer bank tambahan karena dana yang ada tidak cukup.
"Saat kami bayar harganya 1,7 miliar (bolivar) dan di akun kami hanya ada satu miliar, jadi sama restorannya dikasih nomor rekening untuk ditransfer. Jadi asas kepercayaan saja, karena internet banking sibuk, banyak orang yang transfer," cerita Tri Astuti tentang acara yang diadakan pada tanggal 14 Agustus lalu.
Dia bercerita acara makan siang itu dengan sajian kentang, kerang, ikan, dan ayam itu biasanya mencapai sekitar 500 juta pada awal tahun dengan jumlah orang yang sama.
Pemerintah Venezuela mengeluarkan mata uang kertas baru Senin (20/8/2018) menyusul hiperinflasi. Ribuan toko tutup Selasa (21/8/2018) untuk penyesuaian mata uang baru itu.
Dengan mata uang baru ini, harga secangkir kopi misalnya yang sebelumnya harganya 2,5 juta bolivar di ibu kota Caracas bulan lalu, kini harganya 25 bolivar.
Namun, sejumlah warga di Caracas mengatakan kepada BBC, penarikan uang hanya dibatasi hanya 10 bolivar pada hari Selasa (21/8/2018).
Untuk menghindari membawa uang berkantung-kantung, semakin banyak warga Venezuela yang mentransfer uang untuk transaksi kecil sekalipun di tengah harga yang melejit.
Seperti yang disaksikan wartawan BBC untuk Amerika Serikat di Caracas, para penjaga restoran memberikan rincian bank dan mempercayakan kepada pelanggan untuk mentransfer uang.
Ambruknya perekonomian Venezuela ditandai antara lain dengan hiperinfilasi, padam listrik, kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan. Situasi ini menyebabkan jutaan warga Venezuela keluar dari negara yang kaya minyak itu.
Menurut data dari PBB, 2,3 juta warga Venezuela meninggalkan negara itu sejak 2014 saat krisis ekonomi mulai menggigit.
Banyak yang menyalahkan Presiden Nicols Maduro dan pemerintahnya atas situasi suram negara itu.
Tri Astuti dari KBRI Venezuela mengatakan "hiperinflasi sangat terasa menjelang pertengahan 2018."
Di pasar tradisional sekalipun, transaksi juga melalui transfer karena harga sayuran 30 juta bolivar dan ikan sekitar 40 juta bolivar.
Setelah pergantian mata uang baru, makan siang di gerai cepat saji yang biasanya sekitar 65 juta bolivar, Rabu (23/8/2018) menjadi 625 bolivar. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan WNI di Venezuela: Makan di Restoran 1,7 Miliar : https://ift.tt/2MJyzehBagikan Berita Ini
0 Response to "WNI di Venezuela: Makan di Restoran 1,7 Miliar"
Posting Komentar