INILAHCOM, Canberra--Pada 1942, sekelompok perawat Australia dibunuh para serdadu Jepang yang belakangan dikenal dengan peristiwa pembantaian di Pulau Bangka.
Kini, seorang sejarawan menghimpun bukti yang mengindikasikan perawat-perawat itu mengalami serangan seksual sebelum dibantai dan pemerintah Australia menutupi kejadian itu.
"Perlu sekelompok perempuan untuk menyingkap kebenaran inidan akhirnya untuk menuturkannya," kata sejarawan bidang militer, Lynette Silver, seperti dalam laporan BBC, Senin (22/4/2019).
Silver tengah mendiskusikan apa yang menimpa 22 perawat Australia yang disuruh berbaris ke tepi laut di Pulau Bangka, Indonesia, kemudian diberondong dengan senapan mesin pada Februari 1942 lampau. Semua perawat meninggal dunia kecuali satu orang.
"Peristiwa (pembunuhan) ini cukup mengejutkan semua indera. Namun, bahwasannya mereka diperkosa terlebih dahulu merupakan kebenaran yang terlalu mengerikan untuk dibincangkan," kata Silver, merujuk klaim yang dia perinci dalam buku barunya.
"Sejumlah perwira senior militer Australia ingin melindungi keluarga-keluarga yang berduka dari stigma pemerkosaan. Kejadian itu dipandang sebagai aib. Pemerkosaan dipandang lebih buruk dari kematian dan saat itu masih menjadi pelanggaran yang (pelakunya) bisa dihukum gantung di New South Wales sampai 1955," ujar Silver.
Vivian Bullwinkel kena tembak dalam peristiwa pembantaian di Pulau Bangka. Namun, dia berhasil luput dari kematian setelah pura-pura meninggal.
Dia bersembunyi di hutan, ditangkap lantas dijadikan tahanan perang, dan akhirnya kembali ke Australia.
Menurut Silver yang meneliti keterangan Bullwinkel kepada sebuah lembaga penyiaran sebelum meninggal pada 2000 lalu, Bullwinkel "dibungkam" sehingga tidak bisa berbicara soal peristiwa pemerkosaan di Pulau Bangka dalam Mahkamah Kejahatan Perang Tokyo seusai Perang Dunia II.
"Dia mengikuti perintah," kata Silver.
"Selain tabu, mungkin ada perasaan bersalah dari pemerintah Australia bahwasannya sejumlah perwira senior tahu pasukan Jepang telah memerkosa dan membunuh perawat-perawat Inggris saat Jepang menginvasi Hong Kong pada 1942, namun telat menyerukan evakuasi perawat-perawat Australia dari Singapura," tambahnya.
Keterangan Pemerintah Australia menyebutkan, para pelaku pembantaian di Pulau Bangka tetap belum diketahui dan "lolos dari hukuman atas kejahatan mereka".
Juru bicara militer Australia mengatakan keputusan untuk memulai penyelidikan baru terkait klaim penyerangan seksual terhadap para perawat tergantung pemerintah, namun "tuduhan baru dalam sejarah dapat dilaporkan oleh pihak keluarga" kepada unit yang menyelidiki kejahatan semacam itu. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan 22 Perawat Australia Dibantai di Pulau Bangka : http://bit.ly/2UzoOznBagikan Berita Ini
0 Response to "22 Perawat Australia Dibantai di Pulau Bangka"
Posting Komentar