INILAHCOM, Taipei--Partisipasi Australia dan Jepang tahun ini dalam latihan militer tahunan Amerika Serikat (AS)-Filipina akan semakin menekan Cina dan bisa menyulut peningkatan latihan militer, demikian dikatakan para pakar.
Kedutaan Besar AS di Manila mengatakan, latihan Balikatan dengan Filipina pada 7-18 Mei akan menyertakan "pasukan multinasional" dari Australia dan Jepang dan juga mengundang Inggris sebagai pengamat. Sejak 2014, Australia telah ikut dalam latihan ini.
Australia, Jepang, dan AS telah menyatakan ingin mempertahankan Laut Cina Selatan, seluas 3,5 juta kilometer persegi dan kaya sumber daya alam, terbuka bagi perdagangan dan pelayaran internasional. Cina mengklaim lebih dari 90 persen laut itu sebagai wilayahnya berdasar catatan Cina atas riwayat penggunaan laut itu.
"Latihan yang diadakan Filipina itu bisa dengan mudah menyulut putaran baru latihan Cina di laut tersebut," ujar Oh Ei Sun, dosen kajian internasional pada Singapore Nanyang University.
"Menurut saya, dalam waktu dekat kita akan menyaksikan frekuensi latihan seperti itu bertambah, karena pada satu sisi orang Tionghoa, menurut saya sangat ingin, dari sudut pandang mereka, mempertahankan klaim atas Laut Cina Selatan, sementara koalisi pimpinan Amerika secara tegas hendak mempertahankan hak kebebasan bernavigasi," tambah Oh.
Latihan AS-Filipina itu kini memasuki sesi ke-34, dan tahun lalu latihan itu tidak diadakan setelah Presiden Rodrigo Duterte mulai menjabat di Manila. Duterte menangguhkan sengketa kedaulatan maritim dengan Cina atas sebagian laut itu untuk mengupayakan persahabatan dengan Cina dan kesepakatan investasi.
"Latihan tahun ini dijadwalkan mencakup renovasi lima sekolah dan pekerjaan medis di Filipina," ujar Kedutaan Besar AS.
Tetapi, beberapa orang memperingatkan, keikutsertaan beberapa negara yang juga waswas atas perluasan maritim Cina, bisa menyulut putaran baru latihan militer oleh Cina.
Dalam setahun terakhir, AS, Jepang, dan Australia secara terpisah mengirim kapal ke Laut Cina Selatan, tindakan yang disesalkan Cina.
Para pemimpin Australia, Jepang, AS dan India--kelompok yang umumnya dikenal sebagai "Quad" atau Empat Sekawan--bertemu di Manila November lalu, membahas cara mempertahankan Laut Cina Selatan tetap terbuka untuk pelayaran internasional. Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan kepada para pemimpin dari 10 negara ASEAN Januari lalu, negaranya berkomitmen untuk bekerja sama dalam masalah-masalah kemaritiman.
Cina mereklamasi sebagian dari 500 pulau kecil di laut itu, beberapa untuk instalasi militer. Laut Cina Selatan juga diklaim Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Mereka tidak menyukai tindakan Cina itu. Beberapa negara meminta bantuan negara besar, terutama Jepang dan AS, misalnya, untuk pasokan senjata.
"Negara-negara Empat Sekawan berpendapat perairan internasional yang terbuka penting bagi pelayaran laut," ujar Stuart Orr, profesor manajemen strategis pada Deakin University di Australia. Sekitar sepertiga pelayaran komersial dunia melewati laut tersebut.
"Keempat negara itu sangat berkomitmen untuk melakukan perdagangan melalui laut itu, sehingga menjamin agar laut itu tetap bebas sangat penting bagi kinerja ekonomi," ujar Orr. [voa/lat]
Baca Kelanjutan Laut Cina Selatan Bisa Kembali Memanas : https://ift.tt/2JmIvozBagikan Berita Ini
0 Response to "Laut Cina Selatan Bisa Kembali Memanas"
Posting Komentar