INILAHCOM, Washington--Perang terbuka antara pasukan AS dan Rusia tampaknya bakal meletus di Suriah. Dubes Rusia di PBB Vassily Nebenzia mengatakan bahwa perang antara militer kedua negara itu "tidak dapat dikesampingkan".
Meskipun demikian, tambah Nebenzia, seperti dikutip BBC, Jumat (13/4), prioritas terpenting adalah "menghindari bahaya perang".
Sementara Presiden AS Donald Trump sudah sangat geregetan dengan ulah Presiden Suriah Bashar Assad menyusul dugaan serangan kimia di kota Douma.
Militer negara-negara Barat diduga sedang mempersiapkan serangan terhadap Suriah. Di Inggris, sidang kabinet menyetujui "perlunya mengambil tindakan" di Suriah untuk "mencegah penggunaan senjata kimia lebih lanjut," kata kantor Perdana Menteri Theresa May.
Theresa May berbicara melalui telepon dengan Presiden Trump Kamis malam dan sepakat untuk "tetap bekerja sama dengan erat" mengenai masalah ini, tambah pernyataan itu.
Gedung Putih mengatakan Trump juga akan berbicara dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan darurat Jumat ini untuk membahas krisis itu.
Pada hari Minggu, sehari setelah serangan itu, Presiden Trump mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus bertanggung jawab atas 'kekejaman' di Douma, karena mendukung Pemerintah Suriah.
Trump membatalkan perjalanan ke Amerika Latin dan menggalang dari para pemimpin Prancis dan Inggris, untuk melancarkan serangan ke Suriah.
Pada hari Rabu dia mengatakan rudal-rudal AS akan 'datang' menghantam Suriah tetapi pada hari Kamis dia mencuit bahwa dia "tidak pernah mengatakan kapan". Serangan rudal ini "bisa segera atau tidak segera sama sekali," katanya.
Dia kemudian mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih: "Kami mengadakan pertemuan hari ini tentang Suriah ... Kami harus mengambil keputusan lebih lanjut. Jadi keputusan akan segera dibuat."
Para pegiat dan pekerja medis mengatakan puluhan orang tewas ketika pesawat militer pemerintah Suriah menjatuhkan bom yang diisi dengan bahan kimia beracun di Douma, kota yang dikuasai pemberontak pada hari Sabtu lalu.
Pemerintahan Presiden Assad menyangkal berada di balik serangan kimia.
Organisasi Internasional untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dijadwalkan mengirim pemantau ke Douma untuk mengumpulkan bukti.
Pada hari Kamis, para pejabat AS mengatakan bahwa sampel dari para korban telah diuji dan hasilnya positif terkait kandungan klorin dan agen saraf.
Douma adalah kubu penting terakhir pemberontak yang berlokasi di dekat Damaskus. Para pegiat mengatakan bahwa para pemimpin utama kelompok yang menahannya telah pergi, menyusul kesepakatan antara Rusia dan para pemberontak.
Rusia menggambarkan laporan serangan kimia itu sekadar 'provokasi' yang dirancang sebagai dalih bagi serangan terhadap Suriah.
Para pejabat penting Rusia memperingatkan bahwa rudal yang mengancam pasukan pemerintah di Suriah akan ditembak jatuh dan lokasi peluncurannya akan jadi sasaran mereka.
Hari Rabu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dia berharap akal sehat akan menang dan situasi akan stabil. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan Perang Terbuka Pasukan AS dan Rusia di Suriah : https://ift.tt/2GV19Y2Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perang Terbuka Pasukan AS dan Rusia di Suriah"
Posting Komentar