INILAHCOM, Moskow - Mata uang Rusia, Ruble merosot 2 persen setelah Pemerintah Washington menerapkan sanksi ekonomi lebih berat ke Rusia, dan mengancam mengirim rudal ke Suriah.
Fox News mengabarkan, meski sempat melonjak kembali pada Rabu petang (11/4/2018), namun nilai Ruble berhenti di kisaran 62,8 per 1 dolar. Sementara mata uang Euro bertengger di kisaran 77,7 Ruble. Pasar-pasar Rusia agak terguncang, terutama produk alumunium produksi Rusal, yang tidak hanya terkena dampak sanksi ekonomi AS, melainkan juga masa depan dari sanksi ekonomi itu.
Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengungkapkan bahwa sanksi ekonomi merupakan langkah proteksi yang dilakukan AS, terutama di sektor produk logam. "Tindakan pemerintah AS merupakan upaya untuk melawan Rusia melalui cara yang tidak fair. Mereka membatasi pertumbuhan kita dan menciptakan ketegangan di bidang ekonomi dan mata uang serta pasar dana," kata Medvedev di depan parlemen Rusia, Duma. "Kita harus meninjau kembali semua aspek kerjasama dengan AS," sambung Medvedev.
Sanksi ekonomi AS dan Barat, membuat harga aluminium merosot dan menekan perusahaan produser alumunium Rusal, milik Oleg Deripaska. Milyuner Rusia ini dikenal dekat dengan Presiden Vladimir Putin, dan menjadi sasaran pemeriksaan Dewan Khusus AS Robert Mueller, karena dekat dengan Paul Manafort, mantan direktur kampanye Donald Trump.
Karena itu, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menyatakan bahwa Perusahaan Rusal akan menerima bantuan dari Pemerintah Moscow. "Kami bekerjasama dengan sejumlah perusahaan yang kena sanksi ekonomi. Kami akan menawarkan bantuan, dalam bentuk likuiditas jangka pendek atau bentuk lainnya agar dapat pulih seperti semula," kata Anton Siluanov. Ada kabar, gara-gara sanksi ekonomi itu, sejumlah orang kaya Rusia menderita jutaan dolar dalam sehari.
Baca Kelanjutan Ruble Merosot Akibat Sanksi Ekonomi Barat dan AS : https://ift.tt/2INhF8QBagikan Berita Ini
0 Response to "Ruble Merosot Akibat Sanksi Ekonomi Barat dan AS"
Posting Komentar