INILAHCOM, Washington - Presiden Donald Trump menyebut jika AS menarik pasukan secara tergesa-gesa dari Afghanistan maka akan terjadi kekosongan yang akan diisi oleh kelompok teroris.
Trump mengatakan, naluri awalnya menghendaki supaya pasukan AS ditarik pulang, namun dia kemudian memutuskan untuk mempertahankan keberadaan mereka di Afghanistan dan 'bertempur merebut kemenangan' untuk menghindari kesalahan yang di Irak dengan penarikan pasukan.
Dia mengatakan ingin mengalihkan keberadaan pasukan AS yang semula berdasarkan target waktu, menjadi berdasarkan kebutuhan kondisi di lapangan. Karenanya dia tidak akan menetapkan tenggat waktu.
Bagaimanapun, Presiden AS itu memperingatkan bahwa kehadiran pasukan negaranya tersebut bukanlah 'cek kosong' buat Afghanistan.
"AS akan bekerja sama dengan pemerintah Afghanistan, sepanjang mereka menunjukkan komitmen dan kemajuan," katanya.
Trump juga memperingatkan Pakistan bahwa AS tidak akan menoleransi negara itu jika masih melindungi kelompok ekstrimis. Dia mengatakan negara itu 'akan sangat rugi' jika mereka tidak mendukung Amerika.
"Kami telah menggelontorkan uang triliunan dolar kepada Pakistan, dan pada saat yang sama mereka memberi tempat kepada kelompok teroris yang kami perangi," katanya.
Tuduhan AS itu dibantah oleh juru bicara militer Pakistan, Mayor Jendral Asif Ghafoor, yang mengatakan kepada wartawan: "Tidak tempat persembunyian teroris Pakistan. Kami telah menggelar operasi melawan terorisme, termasuk jaringan Haqqani."
Sementara itu, Trump juga mengatakan bahwa AS akan memperkuat kerjasama dengan India.
Trump menyerukan para sekutu untuk mendukung strategi barunya. Dia menginginkan mereka meningkatkan kontribusinya 'sejalan dengan kebijakan kami.'
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengindikasikan bahwa sejumlah sekutu AS telah menyatakan 'komitmennya untuk meningkatkan jumlah pasukan mereka'.
Tapi Trump menolak menjelaskan berapa banyak tentara AS, jika nanti diputuskan, akan ditempatkan di Afghanistan.
Namun diperkirakan, dia akan menirim sekitar 4.000 pasukan ke Afghanistan, sesuai permintaan Jenderal John Nicholson, komandan militer utama AS di Afghanistan.
Sambil menyentil langkah pemerintahan Barack Obama sebelumnya sebelumnya, Trump mengatakan, "Kami tidak akan membicarakan jumlah pasukan atau apa rencana kami."
Namun, Trump mengatakan pertempuran akan digencarkan melawan jaringan seperti al-Qaeda dan kelompok yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS.
"Mereka perlu tahu bahwa mereka tidak punya tempat untuk bersembunyi- tidak ada tempat yang berada di luar jangkauan senjata Amerika," katanya.
Jenderal John Nicholson, kepala pasukan AS dan pasukan internasional di Afghanistan, mengatakan bahwa 'strategi baru itu berarti Taliban tidak mungkin menang secara militer'.
"Sekarang waktunya meninggalkan jalan kekerasan dan mengedepankan perdamaian," tambahnya.
Trump telah mengindikasikan kemungkinan kesepakatan damai dengan kelompok Taliban.
"Suatu hari, setelah operasi militer yang efektif, mungkin saja akan ada pendekatan politik yang mencakup unsur-unsur Taliban di Afghanistan," katanya.
"Tapi tidak ada yang tahu kapan hal itu akan terjadi."
Operasi perang pasukan AS melawan Taliban di Afghanistan diakhiri pada 2014, tetapi keberadaann pasukan khusus tetap dilanjutkan untuk mendukung tentara Afghanistan.
Saat ini, jumlah pasukan AS di Afghanistan diperkirakan berjumlah 8.400.
Pemerintah Afghanistan terus memerangi kelompok-kelompok pemberontak yang menguasai separuh wilayah negara itu, demikian dilaporkan BBC.
Baca Kelanjutan Trump Ingin Tambah Pasukan ke Afghanistan : http://ini.la/2399444Bagikan Berita Ini
0 Response to "Trump Ingin Tambah Pasukan ke Afghanistan"
Posting Komentar