INILAHCOM, Singapura--Pertemuan yang dinanti-nanti antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, akan digelar di hotel bintang-lima Capella di Pulau Sentosa, Singapura pada 12 Juni.
Sentosa adalah salah satu dari 63 pulau yang menyusun Singapura. Pulau seluas 500 hektare itu merupakan tempat bagi resor mewah, marina pribadi, dan klub golf mewah. Tapi pulau tersebut juga menyimpan sejarah kelam tentang pembajakan, pertumpahan darah, dan perang.
Singapura dikenal sebagai pos perdagangan Inggris pada abad ke-19. Lokasinya berada jalur yang menghubungkan perdagangan antara India dan Cina.
Bahkan, sebelum dijajah Inggris, Singapura adalah pusat perdagangan yang ramai, kerap dikunjungi para saudagar dan pedagang, juga bajak laut.
Sentosa dikenal pada waktu itu sebagai Pulau Blakang Mati--mengacu pada reputasi bajak lautnya yang kejam.
Populasi di pulau itu sebagian besar keturunan Malaysia, Cina, dan Bugis--para pelaut yang berasal dari pulau Sulawesi di Indonesia.
Singapura diduduki Jepang pada 1942, setelah pasukan kolonial Inggris menyerah. Negeri itu pun diberikan nama baru dalam bahasa Jepang--Syonan, berarti Cahaya dari Selatan.
Pada periode penjajahan Jepang, ribuan orang dibunuh dalam operasi untuk menyapu bersih komunitas etnis Cina yang anti-Jepang. Laki-laki Cina berusia antara 18 dan 50 tahun dipanggil ke berbagai lokasi kemudian ditembak dengan senapan mesin sampai mati dan dilempar ke laut.
Dari sejumlah lokasi pembantaian, salah satunya adalah pantai di Pulau Sentosa, yang kini menjadi lokasi Hotel Capella tempat Trump dan Kim akan bertemu.
Di Pulau Sentosa juga pernah didirikan kamp tahanan perang, yang menahan sekitar 400 pasukan sekutu dan penembak meriam.
Pada tahun 1970-an, Pemerintah Singapura mengubah nama pulau menjadi Sentosa, berarti "kedamaian dan ketentraman", dan mulai mengembangkannya sebagai situs turisme.
Tapi masalah di pulau itu berlanjut. Pada 1938, dua gerbong kereta gantung turis jatuh ke laut setelah dihantam kapal pengeboran minyak.
Sebuah taman air dibuka, bernama "Fantasy Island", tapi didera oleh keluhan keamanan. Seorang anak perempuan berusia delapan tahun tewas di sana pada tahun 2000 ketika rakit yang ditumpanginya terbalik. Taman itu ditutup pada 2002.
Sejak saat itu, Sentosa mengubah citranya menjadi "Kota Senang-Senang". Taman ria Universal Studios, taman air baru, dan kasino Resorts World menarik ribuan warga Singapura dan turis setiap tahun.
Di pulau Sentosa terdapat salah satu kompleks permukiman paling bergengsi di negara itu, Sentosa Cove, lokasi rumah-rumah bernilai jutaan dolar dengan dermaga kapal pesiar.
Lapangan golf juga bertebaran di pulau itu, bersama hotel-hotel paling mewah di Singapura dan sejumlah restoran berbintang Michelin.
Lokasi pulau itu, tak jauh dari pulau utama, menjadikannya tempat yang aman. Akses ke pulau itu dapat diamankan dengan mudah, terdapat kereta gantung, monorail, jalan lintas pejalan kaki, dan terowongan kendaraan.
Dan, jika kedua pemimpin negara ingin beristirahat dari pembicaraan bersejarah mereka, ingat, ada banyak lapangan golf. [bbc/lat]
Baca Kelanjutan Pulau Sentosa, Dulu Ladang Pembataian : https://ift.tt/2kTf6s5Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pulau Sentosa, Dulu Ladang Pembataian"
Posting Komentar