INILAHCOM, Washington -- Terakhir kali dunia berada di ambang kehancuran total karena ancaman perang nuklir pada Oktober 1962. Ketika itu Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet saling berlomba mendapatkan posisi sebagai negara paling kuat.
Sejumlah senjata nuklir AS yang ditempatkan di Italia dan Turki diarahkan ke Uni Soviet, sementara pemimpin Rusia Nikita Khrushchev mengirim rudal nuklirnya ke Kuba, yang terletak hanya 70 km dari daratan AS.
Daniel Ellsberg yang terkenal sebagai pembocor dokumen Perang Vietnam, baru saja menerbitkan buku berjudul The Doomsday Machine, tentang kemungkinan terjadinya perang nuklir, demikian laporan VOA, Selasa (30/1).
Kata Daniel Ellsberg, pakar nuklir AS yang bekerja pada lembaga riset terkenal Rand Corporation pada permulaan tahun 1959, AS khawatir akan terjadinya serangan nuklir oleh Uni Soviet yang akan menghancurkan kekuatan strategisnya.
Para pakar Rand Corporation ketika itu yakin bahwa Uni Soviet punya supremasi dalam teknologi rudal dan karenanya, kemungkinan serangan mendadak sangat nyata.
"Obsesi kami pada waktu itu adalah bagaimana mencegah supaya kekuatan strategis AS tidak akan musnah apabila Uni Soviet melancarkan serangan nuklirnya," ujar Ellsberg.
Karena itu, tambahnya, kita harus punya senjata nuklir yang lebih kuat supaya lawan harus berpikir dua kali sebelum meluncurkan peluru kendalinya.
Daniel Ellsberg pada waktu itu bekerja sebagai konsultan sipil pada Komando Pasukan AS di kawasan Pasifik. Katanya, satu hal yang sangat mengerikan adalah, sekali rudal nuklir itu diluncurkan, tidak ada cara untuk menghentikannya.
"Sekali perintah menyerang dikeluarkan, tidak ada cara untuk menghentikan atau membatalkan peluncuran rudal nuklir itu," imbuhnya.
Ini beda apabila serangan dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang, karena pilotnya bisa diperintahkan untuk kembali ke pangkalan.
Kata Daniel Ellsberg lagi, kepada stasiun radio NPR, laporan yang mengatakan bahwa hanya presiden, sebagai panglima tertinggi angkatan perang yang bisa meluncurkan serangan nuklir, adalah tidak betul, dan hanya mitos saja.
Pada tahun 1950-an Presiden Eisenhower menyerahkan tanggung jawabnya untuk meluncurkan serangan nuklir kepada komandan pasukan di Pasifik, atau pada pimpinan Strategic Air Command, atau kepada perwakilannya di Eropa, sekiranya hubungan komunikasi terputus, atau Washington telah hancur, atau presiden tidak mampu melakukannya karena satu dan lain hal.
"Sangat penting adanya delegasi kekuasaan seperti itu pada zaman nuklir ini. Kalau tidak, apabila terjadi serangan mendadak yang melumpuhkan pimpinan, kita tidak akan berdaya sama sekali. Satu bom nuklir yang menimpa Washington akan menghilangkan kemampuan kita untuk membalas," tukas Ellsberg.
Keterangan Ellsberg ini agaknya diperkuat oleh pernyataan Jenderal John Hyten, komandan pasukan nuklir AS belum lama ini, bahwa ia akan menolak perintah meluncurkan misil nuklir oleh Presiden Donald Trump, apabila ia menganggap perintah itu melanggar hukum.
Senat AS telah mengadakan sidang dengar pendapat tentang penggunaan senjata nuklir karena meningkatnya retorika perang antara Presiden Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Para pakar mengatakan, penggunaan senjata nuklir harus seimbang dengan ancaman yang dihadapi, dan Pentagon punya banyak pilihan senjata konvensional yang bisa digunakan untuk menghadapi Korea Utara.
"Kalau terjadi perang nuklir, apakah disengaja atau tidak, ratusan juta penduduk bumi akan mati dan jumlah korban bisa mencapai satu miliar manusia," kata studi yang dilakukan Rand Corporation.
Kenapa, karena akan terjadi apa yang disebut nuclear winter, atau musim dingin panjang karena asap kebakaran dan polusi akan menghalangi sinar matahari mencapai bumi.
Karena itulah Ellsberg memberi judul bukunya The Doomsday Machine atau Mesin Hari Kiamat. [voa/lat]
Baca Kelanjutan Serangan Nuklir Bisa Sebabkan Hari Kiamat : http://ift.tt/2E0b78pBagikan Berita Ini
0 Response to "Serangan Nuklir Bisa Sebabkan Hari Kiamat"
Posting Komentar