INILAHCOM, Genewa - Tahukah anda bahwa Swiss, negeri netral dan damai di Eropa itu, merupakan negeri pebisnis senjata kelas dunia? Para diplomat ASEAN di Bern dan Geneva menyingkapkan, bisnis persenjataan Swiss marak dan menembus kawasan Timur Tengah dan Asia-Afrika.
Bahkan perwakilan bisnis persenjataan dari AS dan Rusia juga sangat proaktif mengembangkan perdagangan senjata di negeri produsen arloji kelas dunia tersebut. "Sudah bukan rahasia lagi bahwa selain turisme dan arloji, bisnis di Swiss yang menonjol adalah persenjataan," kata seorang diplomat ASEAN di Geneva yang enggan disebut namanya.
Pada 2017, perusahaan Swiss memenangkan izin pemerintah untuk mengekspor 446,8 juta franc Swiss (sekitar 6,8 triliun rupiah) persenjataan ke 64 negara. Jumlah ini naik 8 persen dari tahun sebelumnya. Hampir 50 persen senjata itu diekspor ke negara-negara Eropa lainnya. Akan tetapi, pangsa pasar Eropa pada 2016 adalah 52 persen. Ketika persentase pangsa pasar di Eropa menurun, persentase ekspor senjata Swiss ke Amerika dan Asia justru meningkat.
Bea Cukai Administrasi Swiss pernah menyiarkan kabar bahwa konfederasi Eropa itu menjual senjata ke negara-negara asing senilai hampir 217 juta franc Swiss (CHF), pada paruh pertama tahun 2015.
Angka itu menunjukkan peningkatan lebih dari 30 juta franc Swiss (CHF), dibandingkan dengan enam bulan pertama 2014. Statistik menunjukkan bahwa Jerman tetap sebagai pembeli terbesar atas peralatan militer Swiss, dengan lebih dari 63 juta CHF, yang merupakan tetangga utara Swiss.
Konfederasi terbesar kedua pengimpor senjata adalah Indonesia, yang membeli lebih dari 32 juta CHF peralatan, selama enam bulan terakhir, dibandingkan dengan nilai hanya 245 CHF di semester pertama 2014. Demikian pula, Brasil meningkat secara signifikan dengan membeli lebih 12,5 juta franc Swiss( CHF ) oleh negara Amerika Selatan tersebut, dibandingkan dengan hanya 760 CHF pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara negara-negara ini mengalami kenaikan substansial dalam impor senjata dari Swiss, namun Swedia, Perancis dan Rusia mengalami penurunan tajam dalam jumlah impor bahan militer dari Swiss.
Sungguh, apa yang kebanyakan orang tidak ketahui adalah Swiss harus memilih kebijakan netral karena selama berabad-abad mereka adalah negara bagi tentara-tentara bayaran.
Saya saksikan Kota Tua Bern, ibu kota Swiss, merupakan situs warisan dunia Unesco yang penuh dengan arcade-arcade bersejarah, bangunan-bangunan batu pasir, dan air mancur-air mancur, ditambah dengan menara jam yang terkenal, yang dibangun di tahun 1530.
Selain memusatkan perhatian pada arah kemanusiaan negara tersebut, terdapat sejumlah peraturan: negara itu harus menahan diri untuk tidak terlibat dalam perang, dan tidak membiarkan negara-negara yang berperang menggunakan wilayahnya, serta tidak memasok tentara-tentara bayaran ke negara-negara yang berperang.
Namun asal tahu saja bahwa orang-orang Swiss sangat hebat dalam memenangkan perang. Begitu hebatnya sampai-sampai mereka mengubahnya menjadi bisnis yang menguntungkan. "Pada dasarnya (layanan tentara bayaran) disebabkan karena alasan ekonomi," kata Laurent Goetschel, profesor ilmu politik di Universitas Basel dan direktur lembaga riset Swisspeace.
"Konfederasi Swiss yang lama, merupakan negara yang sangat miskin -tidak cocok untuk pertanian berskala besar dan tidak memiliki akses ke sumber-sumber daya kolonial, juga tidak terdapat akses ke laut, jadi menjadi tentara bayaran hanyalah merupakan mata pencaharian," kata Laurent kepada BBC. [Bersambung]
Baca Kelanjutan Swiss dan Bisnis Senjata (1) : https://ift.tt/2P3JwctBagikan Berita Ini
0 Response to "Swiss dan Bisnis Senjata (1)"
Posting Komentar