INILAHCOM, Washington DC--Rakyat AS yang terpecah akan mendatangi tempat-tempat pemungutan suara hari Selasa (06/11/2018) waktu setempat, atau Rabu (07/11/2018) dini hari WIB untuk memilih anggota Kongres yang baru serta menjatuhkan penilaian atas kinerja Presiden Donald Trump.
Hasilnya bisa mengalihkan keseimbangan kekuatan di Washington dan mengubah arah kepresidenan Trump dalam dua tahun berikutnya.
Sebanyak 435 kursi di DPR dipertaruhkan pada Selasa, ditambah 35 dari 100 kursi di Senat, serta 36 dari 50 jabatan gubernur.
Opini publik dan analis menunjukkan pihak oposisi Demokrat punya keuntungan dalam memperebutkan kendali di DPR. Demokrat diduga akan memenangkan lebih banyak kursi dan mereka harus meraih 23 kursi baru untuk meraih posisi mayoritas.
Pihak Republik mengandalkan Presiden Trump untuk memotivasi pendukungnya pada saat-saat terakhir guna mempertahankan kekuasaan mereka di Senat. Demokrat berusaha mempertahankan 10 kursi Senat di negara bagian yang dimenangkan Trump, termasuk Tennessee.
Trump mengecam Demokrat seputar isu imigrasi dalam sebuah kampanye di Chattanooga baru-baru ini.
"Demokrat hendak mengundang kafilah demi kafilah terdiri dari orang ilegal membanjiri negara kita," kata Trump. "Tak ada negara yang bisa membiarkan perbatasannya dimasuki, itu adalah invasi."
Pihak Demokrat semakin optimis dengan peluang mereka merebut kembali kendali di DPR. Minggu lalu, pemimpin Demokrat di DPR Nancy Pelosi meramalkan hal itu akan terjadi. Demokrat memperoleh bantuan dari tokoh-tokoh terkemuka mereka termasuk mantan Presiden Barack Obama, yang berkampanye di Illinois.
"Ketika memilih Illinois, Anda bisa menampik jenis politik seperti itu. Kalau Anda ikut serta dalam proses politik, Anda bisa mencegah perilaku buruk. Ketika memberi suara, Illinois, Anda harus memilih harapan ketimbang ketakutan," kata Obama.
Jajak pendapat menunjukkan Demokrat paling prihatin dengan layanan kesehatan dan ekonomi, sementara perhatian pihak Republik terpusat pada imigrasi.
Tetapi pakar dari Brookings Institution, John Hudak, mengatakan jelas bahwa Trump sendiri merupakan isu bagi kedua partai itu tahun ini.
"Ini presiden yang ingin pemilihan paruh waktu menjadi referendum atas dirinya, karena dia berpendapat dirinya sangat populer dan ini akan membuat pihak Republik bisa mencapai garis akhir," kata Hudak.
Tetapi Trump tidak sekedar bertempur melawan Demokrat, dia juga bertempur melawan sejarah.
"Biasanya pemilihan paruh waktu memukul partai presiden," demikian kata John Fortier dari Bipartisan Policy Center di Washington. "Saya berpendapat kali ini tidak berbeda. Demokrat akan sukses meraih kendali DPR, jabatan gubernur, dan juga badan legislatif tingkat negara bagian."
Popularitas Trump yang rendah juga jadi keprihatinan Republik. Rela Clear Politics memperoleh temuan, popularitas Trump hanya 43 persen. Sedangkan 53 persen tidak menyukainya. [voa/lat]
Baca Kelanjutan Rakyat AS Bersiap Menilai Kinerja Trump : https://ift.tt/2D5VqeUBagikan Berita Ini
0 Response to "Rakyat AS Bersiap Menilai Kinerja Trump"
Posting Komentar