Tahun 2024 adalah tahun kabisat, yaitu tahun yang habis dibagi empat dan habis dibagi 400 untuk tahun kelipatan 100. Dalam kalender Masehi, tahun kabisat ditandai dengan penambahan satu hari pada bulan Februari, bulan dengan jumlah hari terkecil.
Dengan demikian, Februari yang biasanya hanya memiliki 28 hari menjadi mempunyai 29 hari.
Kabisat adalah metode koreksi yang ada pada hampir semua kalender. Penggunaan koreksi ini adalah untuk menyesuaikan agar waktu dalam kalender senantiasa sejalan dengan peristiwa alam yang menyertai.
Baca juga: Evolusi Kalender Masehi
Karena itu, kabisat umumnya menyimpan sejarah panjang manusia dalam menjaga ketepatan waktu, memahami fenomena astronomi, hingga berkembangnya kemampuan matematika mereka.
Saat ini sistem kalender Masehi yang dipakai adalah sistem kalender Gregorian yang mulai digunakan secara bertahap di seluruh dunia sejak 1582. Kalender Gregorian merupakan perbaikan sistem kalender Julian yang mulai digunakan di era Kaisar Romawi Julius Caesar sejak 1 Januari 45 sebelum Masehi (SM).
Kalender Julian memiliki struktur persis sama dengan kalender yang digunakan saat ini. Satu tahun terdiri dari 12 bulan dari Januari sampai Desember. Jumlah hari pada tahun basit atau pendek adalah 365 hari dan tahun kabisat atau tahun panjang 366 hari.
Panjang hari dalam tujuh bulan pertama adalah 31 hari untuk bulan ganjil dan 30 hari untuk bulan genap. Ketentuan ini dibalik untuk lima bulan berikutnya, yakni 31 hari untuk bulan genap dan 30 hari untuk bulan ganjil. Khusus untuk Februari, panjangnya 28 hari.
Hal yang membedakan kalender Gregorian dengan kalender Julian, sebagaimana ditulis Kompas, 3 Januari 2024, merupakan ketentuan tentang tahun kabisat atau tahun panjang yang ditandai dengan penambahan satu hari pada bulan Februari.
Dalam kalender Masehi, tahun kabisat ditandai dengan penambahan satu hari pada bulan Februari, bulan dengan jumlah hari terkecil.
Dalam kalender Julian, tambahan satu hari tiap 4 tahun sekali pada angka tahun yang habis dibagi empat. Di masa kalender Julian disusun dengan bantuan astronom asal Aleksandria, Sosigenes, sudah diketahui bahwa panjang satu tahun atau waktu yang dibutuhkan Bumi memutari Matahari adalah 365,25 hari.
Karena itu, kelebihan 0,25 hari itu dikumpulkan selama empat tahun sehingga tahun keempat ditambahkan satu hari.
Namun, sejatinya panjang satu tahun tropis, seperti dikutip dari Time and Date, adalah 365 hari 5 jam 48 menit 45 detik atau 365,242189 hari. Artinya, selama 4 tahun jumlah kelebihan hari yang dikumpulkan itu belum mencapai 1 hari, tetapi hanya 0,968756 hari atau kurang dari 0,031244 hari.
Kelebihan itu jika dihitung dalam rentang 4 tahun tidak berdampak apa-apa. Demikian pula jika diukur dalam umur hidup manusia. Dalam 1.000 tahun, kalender Julian akan menambah 250 hari.
Padahal, jika mengacu pada angka panjang tahun yang lebih detail, dalam 1.000 tahun seharusnya hanya menambah 242 hari. Karena itu, kalender Julian dalam 1 milenium akan kelebihan 8 hari.
Baca juga: Kalender Masehi Masih Menyimpan Kesalahan
Kelebihan hari ini membuat kalender semakin maju. Akibatnya, seolah-olah fenomena alam yang menyertai dan menjadi patokan dalam kalender Masehi akan berlangsung mundur.
Patokan alam yang dijadikan acuan kalender Masehi itu adalah terjadinya vernal equinox atau titik musim semi di belahan Bumi utara harus berlangsung antara 19 Maret dan 21 Maret.
Di momen vernal equinox ini jadi tanda datangnya kebahagiaan di belahan Bumi utara. Sebab, fenomena ini menandai berakhirnya musim dingin dan malam yang panjang serta datangnya musim semi yang akan diikuti waktu siang yang akan makin memanjang.
Saat titik musim semi itu tiba, semua tempat di muka Bumi akan mengalami waktu siang dan malam sama.
Ketidaktepatan antara kalender Julian dan fenomena alam yang menyertai itu disadari Gereja Katolik Vatikan pada abad ke-16 Masehi atau setelah kalender Julian digunakan lebih dari 1.600 tahun.
Sesuai Konsili Nicea tahun 325, waktu hari raya Paskah ditetapkan sebagai Minggu pertama setelah Bulan purnama pertama setelah titik musim semi. Ketetapan ini dibuat untuk menjaga perayaan Paskah agar waktunya tepat seperti saat Yesus dibangkitkan.
Namun, kelebihan hari dalam kalender Julian itu membuat Paskah jatuh tidak sesuai ketentuan tersebut. Karena itu, Paus Gregorius XIII pada 1582 memperbaiki ketentuan tahun kabisat dalam kalender Julian.
Jika semula tahun kabisat jatuh pada angka tahun yang habis dibagi 4, Paus menambahkan tahun kabisat untuk tahun abad atau kelipatan 100 jatuh pada tahun yang habis dibagi 400.
Tambahan itu membuat tahun 1700, 1800, atau 1900 tidak termasuk tahun kabisat, tetapi tahun 2000, 2020, dan 2024 termasuk tahun kabisat. Sistem inilah yang membuat kalender Masehi saat ini dinamai kalender Gregorian.
Dengan ketentuan ini, maka panjang rata-rata satu tahun kalender berubah dari 365,25 hari menjadi 365,2425 hari. Aturan ini membuat jika dalam 400 tahun kalender Julian ada tambahan 100 hari kabisat, dalam kalender Gregorian hanya ada 97 tambahan hari kabisat.
Selain itu, untuk mengatasi kelebihan hari yang berlangsung lebih dari 1,5 milenium, Paus memotong 10 hari dalam kalender. Akibatnya, setelah tanggal 4 Oktober 1582, maka keesokannya langsung disambung tanggal 15 Oktober 1582. Artinya, tanggal 5-14 Oktober 1582 tak pernah ada dalam sejarah.
Meski perubahan ini mengoreksi banyak kalender Julian, kalender Gregorian tetap tak sempurna. Karena waktu edar Bumi mengelilingi Matahari sejatinya adalah 365,242189 hari, bukan 365,2425 hari seperti ketentuan dalam kalender Gregorian, maka dalam 10.000 kalender Gregorian akan kelebihan 3 hari.
Kelebihan ini belum akan terasa saat ini. Manusia di tahun 10.000 nantilah yang akan merasakan dampaknya. Namun, apakah manusia saat itu masih memakai kalender Masehi atau eksis di Bumi, waktu yang menjawabnya. Jika kolonisasi manusia di Mars berhasil, kalender Masehi tak relevan digunakan di Mars.
Angka sial
Namun, mengapa tambahan satu hari pada tahun kabisat itu diletakkan pada bulan Februari? Kenapa tidak menambahkan pada bulan terakhir menjadi tanggal 32 Desember atau justru meletakkannya di awal tahun menjadi tanggal 0 Januari?
Akar kalender Julian adalah kalender bangsa Romawi yang sudah ada sejak Romulus mendirikan kota Roma tahun 753 SM. Saat itu, satu tahun terdiri dari 10 bulan dari Maret-Desember dan panjangnya 304 hari.
Bulan ke-1, 3, 5, dan 8 berisi 31 hari dan bulan lainnya 30 hari. Antara Desember dan Maret ada jeda 60 hari yang tidak diberi angka tanggal karena saat itu puncak musim dingin dan tidak ada aktivitas pertanian.
Selanjutnya, pengganti Romulus, yaitu Numa Pompilius, mengubah kalender itu pada 713 SM dengan memasukkan sebagian hari yang belum masuk dalam kalender jadi dua bulan tambahan, yaitu Ianuarius (Januari) sebagai bulan ke-11 dengan panjang 29 hari dan Februarius (Februari) jadi bulan ke-12 dengan panjang 28 hari.
Pada masa itu, angka genap dianggap sebagai angka sial. Pompilius pun mengubah jumlah hari dalam satu bulan yang semula 30 hari menjadi 29 hari. Dengan demikian, panjang satu tahunnya menjadi 355 hari.
Baca juga: Mengapa Bulan Februari Hanya Punya 28 Hari?
Pompilius menginginkan jumlah hari dalam satu tahun itu berangka ganjil. Namun, dengan 12 bulan yang dimiliki dan jumlah hari setiap bulan berangka ganjil, maka akan selalu diperoleh jumlah hari dalam setahun berangka genap.
Agar jumlah hari setahun menjadi ganjil, maka harus ada satu bulan yang dikorbankan, yaitu Februari yang memiliki 28 hari.
Angka genap 28 hari itu ditempatkan di Februari karena bagi bangsa Romawi kala itu, seperti dikutip Time, 26 Januari 2024, Februari adalah bulan untuk menghormati orang mati. Karena itu, Februari di masa itu dianggap sebagai bulan sial.
Selain itu, ada bulan kabisat yang disebut Intercalaris sepanjang 27 hari yang diletakkan sesudah bulan Februari. Bulan kabisat itu disisipkan setiap dua tahun sekali.
Namun, saat tahun kabisat, jumlah hari bulan Februari yang 28 hari dikurangi menjadi 23 hari untuk tahun kabisat pertama dan 24 hari untuk tahun kebisat berikutnya. Akibatnya, jumlah hari dalam setahun selama 4 tahun berturut-turut adalah 355 hari, 377 hari, 355 hari, dan 378 hari.
Kalender Romawi pun terus berevolusi mulai dengan memindahkan bulan Januari dan Februari dari bulan ke-11 dan ke-12 menjadi bulan ke-1 dan ke-2 serta mengubah perayaan tahun baru dari Maret ke Januari. Perubahan ini tidak hanya dilakukan demi menjaga ketepatan waktu dengan peristiwa astronomi, tetapi juga banyak diselipi kepentingan politik.
Akhirnya, kalender Romawi mencapai bentuk stabil pada masa Julius Caesar, termasuk menjadikan tanggal 29 Februari sebagai tambahan hari pada tahun kabisat. Karena tahun kabisat hanya datang empat tahun sekali, banyak tradisi bangsa Eropa menjadikan hari ini sebagai momen khusus melakukan hal-hal istimewa.
Mengutip Time and Date, legenda Irlandia kuno menjadikan hari kabisat ini sebagai kesempatan yang membolehkan perempuan melamar laki-laki sebagai simbol penyeimbangan peran tradisional laki-laki dan perempuan seperti makna hari kabisat yang menyeimbangkan kalender. Tradisi ini juga menyebar ke bagian Eropa lain meski umumnya berlaku di masyarakat kelas atas.
Jika sang laki-laki menolak lamaran perempuan pada 29 Februari itu, sang pria harus membayar denda, seperti gaun, uang, atau membelikannya 12 pasang sarung tangan untuk menyembunyikan rasa malu sang perempuan karena tidak memakai cincin pertunangan. Sampai abad pertengahan, tradisi ini masih ada.
Sementara bayi yang lahir pada 29 Februari akan langsung diundang untuk bergabung dalam The Honor Society of Leap Year Day Babies. Organisasi yang mewadahi orang-orang yang berulang tahun 4 tahun atau 8 tahun sekali ini baru dimulai sejak pada 1997 dan sebelumnya bernama Leap Year Babies Limited sejak 1988.
Tercatat ada lebih 11.000 orang yang memiliki kelahiran unik ini. Keanggotaan organisasi ini menjadi tertutup sejak 2016 demi alasan keamanan data pribadi.
Selain itu, di Skotlandia muncul kepercayaan bahwa anak yang lahir pada hari kabisat akan sial, sama sialnya dengan yang lahir pada hari Jumat tanggal 13. Adapun orang Yunani menganggap hari kabisat merupakan hari buruk untuk menikah.
Apa pun mitos yang tumbuh, 29 Februari adalah hari yang istimewa karena tidak hadir setiap tahun. Selamat tanggal 29 Februari. Semoga senantiasa bahagia.
"selamat" - Google Berita
February 29, 2024 at 03:53PM
https://ift.tt/SIDXEFn
Selamat Datang Tanggal Istimewa 29 Februari - kompas.id
"selamat" - Google Berita
https://ift.tt/m4g6Bbd
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Selamat Datang Tanggal Istimewa 29 Februari - kompas.id"
Posting Komentar