SUDAH lima kali pemilu setelah reformasi sejak 1999, tetap muncul pertanyaan apakah debat budaya Indonesia?
Dalam menyongsong penyelengaraan debat pertama calon presiden Republik Indonesia Pemilu 2024 kali ini, pertanyaan-pertanyaan seperti itu juga masih dikemukakan. Berikut ungkapan-ungkapan rasa ingin tahu itu.
Apakah berdebat di publik itu sopan? Apakah debat sesuai dengan ruh dan nafas etika dan kesopanan Nusantara? Perlukah debat calon pemimpin? Perlukah debat calon presiden dan wakil presiden?
Ada pertanyaan lebih mendasar lagi, karena kesannya debat politik adalah tradisi Barat. Tepatnya, debat presiden tidak lebih dari tiruan cara demokrasi liberal Amerika Serikat.
Kita saksikan di seluruh TV di dunia, debat presiden Amerika menjadi tontonan demokrasi yang menghibur dan menjengkelkan.
Debat menjadi ukuran uji nyali, sekaligus tawaran penampilan gaya pemimpin negara adidaya. Apakah, Indonesia meniru cowboy-cowboy itu?
Bahkan tentang kegunaan debat itu sendiri sering dipertanyakan, baik oleh pemilih yang masih mengambang ataupun simpatisan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang sudah mantab.
Seberapa besar pengaruhnya pada eletabilitas mereka? Apakah para pemilih nanti mempertimbangkan hasil debat? Apakah ada gunanya berdebat di TV?
Masyarakat Nusantara, tidak usah pergi ke Amerika, juga mempunyai tradisi debat. Misalnya di pasar-pasar tradisional. Para penjual dan pembeli berdebat soal kualitas barang dan layaknya harga. Mereka bahkan seringkali saling menjatuhkan.
Pembeli merendahkan kualitas barang, sementara penjual bisa menghina pembeli yang tidak cukup modal.
Di kerumunan pasar-pasar tradisional, saling mencela, tanpa melibatkan emosi, sudah lazim. Penjual ingin mendapatkan harga tinggi, sehingga maraup untung. Pembeli berharap harga murah, tidak keluar duit banyak.
Tawar menawar penjual dan pembeli dengan segala cara dan tekniknya adalah bentuk debat sederhana. Debat itu sudah biasa di masyarakat kita, tidak melibatkan emosi berlebihan.
Setiap hari debat kusir bisa dijumpai. Kadangkala, penjual juga mempunyai trik. Barang ini sudah ditawar oleh banyak pembeli sebelumnya, dengan harga sekian.
Pembeli tidak kalah, dia pura-pura tidak butuh dan pergi meninggalkan lapak. Toh akhirnya mereka berjumpa lagi dengan harga yang lebih realistis, transaksi pun terjadi.
Di gardu ronda, warung-warung makan, sekarang di café-café terjadi debat bebas. Terserah apa saja bisa, topik bisa politik, ekonomi, tetangga, teman, cinta, rumah tangga, biaya sekolah dan lain-lain. Debat kusir, saling memojokkan, saling mencela, dan bergurau sudah biasa.
Debat online jauh lebih kejam. Bullying, perundungan, penghinaan, dan pelecehan dengan berbagai parodi sering terjadi di media sosial: Youtube, Instagram, Tiktok dan Twitter.
Debat ini jauh lebih brutal dari debat di pasar, warung makan, café, gardu ronda, dan sawah-sawah.
Para netizen, karena tanpa nama dan lokasi, tidak tanggung-tanggung melebihkan statemen-statemen yang merendahkan. Menuduh dengan mudah. Membenci tanpa alasan. Tidak mau paham yang sebenarnya. Yang penting ramai dan buzzer dapat peran. Yang penting viral dan populer.
Debat di media sosial kita itu kejam, tanpa ampun. Tidak ada kebenaran yang dituju. Tidak ada hasil yang akan dicapai selain populartias status, gambar, video dan ucapan-ucapan menohok. Debat ini sudah menjadi kenyataan tak bisa dihindari.
Debat Calon Presiden harus debat yang bermakna. Debat itu harus menggambarkan bagaimana pemimpin Indonesia merespons berbagai persoalan nyata segala bidang yang akan dihadapi bangsa ini selama lima tahun ke depan. Debat ini serius.
Tidak seperti di pasar atau gardu ronda yang terlalu santai, debat Calon Presiden akan lebih produktif.
Disaksikan para pemilih, pendukung, lawan, kawan, dan orang-orang yang masih mengambang.
Jalan tengahnya, debat itu riil karena menanggapi persoalan kehidupan sosial, politik, hukum yang dihadapi bangsa, sekaligus mudah dipahami oleh berbagai elemen masyarakat.
Kebermaknaan debat tergantung dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban ketiga Calon Presiden.
Sebagai salah satu dari sebelas panelis, penulis harus menjaga komitmen dan integritas untuk merahasiakan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
Penulis juga berusaha tidak memihak, menguntungkan salah satu, dan menjatuhkan. Penulis berusaha berkontribusi sebisanya untuk Pemilu yang lebih baik.
Pemilu ini adalah upaya untuk menunjukkan partisipasi warga negara yang merdeka dalam memilih.
Informasi-informasi yang selama ini berseliweran di media sosial bisa dijelaskan. Entah bisa dipahami atau tidak itu soal lain. Hoaks, rumor, gosip, dan berbagai berita bisa dilihat dari kualitas debat.
Ada banyak faktor bagaimana calon kontestan Pemilu akhirnya menjadi pemimpin. Tidak ada satu faktor pun yang menjadi penentu tunggal.
Apalagi debat semata. Tidak. Dalam berbagai mitologi Nusantara, pemimpin itu akan menerima wahyu, amanat, dan taqdirnya.
Para calon pemimpin pada masa lalu berkelana, bertapa, menyepi untuk mendapatkan kekuatan spiritual dari alam gaib, langit, atau dewata.
Yang mendapatkan jimat, wahyu, atau anugerah akan naik tahta dan menjadi penjaga umat, negara, dan bangsa.
Calon Presiden saat ini sudah menawarkan visi dan misi secara terbuka. Gagasan, tawaran program kerja, dan strategi mencapainya bisa dicek dengan mudah.
Sudah berlimpah video, lawatan, kampanye, tulisan dan temu pemilih dalam berbagai event luring maupun daring. Semua ada jejak digitalnya.
Para pemilih bisa mempertegas pilihan hatinya untuk meyakinkan kembali. Yang belum memutuskan, silahkan pertimbangkan. Yang kebetulan belum menonton bisa diklik ulang di media sosial.
Debat yang bermakna jika semua menikmati dan memahaminya. Selamat menyaksikan debat calon presiden Indonesia 2024.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel."selamat" - Google Berita
December 12, 2023 at 09:08AM
https://ift.tt/CUBsA5F
Selamat Menyaksikan Debat Calon Presiden - Kompas.com - Nasional Kompas.com
"selamat" - Google Berita
https://ift.tt/6XPuvDb
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Selamat Menyaksikan Debat Calon Presiden - Kompas.com - Nasional Kompas.com"
Posting Komentar