INILAHCOM, Baghdad - Warga Turki di Irak menghendaki sebuah negara independen terpisah dari Irak lewat referendum yang digelar hari Senin (25/9/2017).
The New York Times mengabarkan, meski penghitungan suara baru selesai Selasa (26/9/2017), namun bisa dipastikan warga Kurdi yang berjumlah beberapa juta memenangkan pilihan agar memiliki negara otonomi terpisah dari Irak. Para pejabat Kurdi mengungkapkan jumlah suara yang terdaftar mencapai 3,9 juta jiwa dan diperkirakan akan memberikan suaranya di 1.700 tempat-tempat pemungutan suara.
Namun, beberapa negara seperti Irak, AS dan Iran, tidak menginginkan Kurdi memiliki negara berdaulat. Gedung Putih memperingatkan, langkah kemerdekaan Kurdi akan memicu konflik antar etnis. Selain itu, bakal menjadikan Irak retak serta melemahkan koalisi pimpinan AS melawan ISIS.
"Kami berharap Irak tetap bersatu untuk memusnahkan ISIS, dan mendorong Iran menjauh dari Irak," kata Sarah Huckabee Sanders, Juru Bicara Gedung Putih. Sementara itu, Iran dan Turki melakukan latihan militer bersama di perbatasan Irak dekat Kurdistan Departemen Pertahanan Irak mengumumkan latihan militer itu Senin larut malam.
Meski mayoritas suara setuju, namun tidak berarti Kurdi dapat langsung meraih kemerdekaan. "Referendum itu hanya dijadikan dasar bagi warga Kurdi untuk berunding dengan Pemerintah Irak," tulis The New York Times.
Sejumlah pejabat tinggi Baghdad tak bersedia mengakui referendum yang disebutnya tidak konstitusional. Pemerintahan Baghdad khawatir bila langkah Kurdi itu disetujui, maka Irak akan kehilangan sepertiga wilayahnya yang dihuni suku Kurdi. Padahal, kawasan itu diperkirakan menjadi ladang minyak yang tak terhingga nilainya.
Parlemen Irak meminta Perdana Menteri Haider al-Abadi untuk mengirim pasukan Irak ke kawasan sengketa dan menutup jalur masuk kawasan yang dikuasai Pemerintah Regional Kurdi. Rabu besok, permintaan itu akan dibicarakan oleh Al-Abadi dengan parlemen Irak. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan melakukan agresi militer dan mengancam akan menutup jalur pipa minyak dari kawasan Kurdi menuju Turki. "Kita mungkin masuk tengah malam tanpa peringatan!" ancam Presiden Erdogan.
Sementara itu, perusahaan minyak raksasa Rusia Rosneft menanda tangani kesepakatan bersama membangun jalur pipa gas ke Turki dan akan dipasarkan ke Eropa tahun 2020 nanti. Diperkirakan Pemerintahan Kurdi di bawah pimpinan Presiden Massoud Barzani akan kebagian untung dari penjualan 30 miliar kubik gas per tahun. Jauh melebihi keuntungan yang kini dinikmati Kurdi sekitar US$8 miliar dari produksi 550 ribu barel minyaknya per hari. "Mulai sekarang, Kurdi akan menjadi negara tetangga Irak. Bukan bagian dari Irak," kata Presiden Massoud Barzani tegas.
Baca Kelanjutan Referendum Inginkan Kurdi Lepaskan diri dari Irak : http://ini.la/2406973Bagikan Berita Ini
0 Response to "Referendum Inginkan Kurdi Lepaskan diri dari Irak"
Posting Komentar