Search

Berlatih Ketat, Berbuah Selamat - kompas.id

Memuat data...

KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Para siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah Ambon dan taruna Politeknik Kelautan Perikanan Maluku melaut pada Kamis (17/9/2020). Inilah proses mereka ditempa menjadi pelaut kapal ikan yang siap berlayar ke seluru dunia.

Cuaca tidak terlalu bersahabat siang itu, Kamis (17/9/2020). Selepas meninggalkan Teluk Ambon yang tenang, angin yang membawa gelombang Laut Banda menghantam lambung kapal. Alalunga, kapal latih untuk para kadet pelaut seberat 29 gros ton itu, berayun-ayun. Perut mulai terasa tidak nyaman karena turut teraduk-aduk.

”Jangan menunduk, lihat ke depan. Kalau mau muntah, jangan tahan-tahan, kata seorang kadet, La Risman (17), kepada rekannya yang mulai mabuk digoyang gelombang.

Baca juga: Nestapa di Ujung Godaan yang Menggiurkan

Mereka yang siang itu berlatih adalah siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ambon dan taruna Politeknik Kelautan Perikanan Maluku. Masing-masing pada posisi yang ditentukan, di ruang mesin, ruang kemudi, dan sisanya menyiapkan alat tangkap long line, yaitu rangkaian senar yang dipasangi mata kail dengan umpan ikan pelagis kecil. Long line biasa untuk menjerat ikan tuna juga ikan cakalang.

Mereka yang berdiri di haluan mengarahkan pandangan ke depan, menjejaki tanda-tanda gerombolan tuna atau cakalang yang biasa bermain di permukaan air. Para pemuda tanggung itu tampak mencoba menahan alunan gelombang. Wajah mereka pun tampak pucat menahan mual. Yang tak sanggup bertahan memilih bersandar di dinding kapal.

Memuat data...

ARSIP SUPM WAIHERU AMBON

Setiap siswa program keahlian Nautika harus menjalani praktik di atas kapal penangkap ikan selama dua bulan di wilayah Maluku dan Maluku Utara.

Tak ada kata mundur dan kapal terus melaju membelah gelombang. Dan waktu penangkapan pun tiba. Mereka yang sudah tak tahan, muntah sejadi-jadinya, tak ada rasa malu, karena dengan demikian mereka tertempa dan perut terasa lega. Setelah menghangatkan tenggorokan dengan segelas teh panas, mereka pun mulai memancing tuna.

Berlayar 90 hari

Achmad Jais Ely, Kepala SUPM Ambon, mengatakan, setiap tahun, seorang siswa wajib berlayar setidaknya 90 hari. Semakin sering melaut, mereka memiliki kompetensi dan kecakapan dalam memahami anatomi kapal, cuaca, alat tangkap, pergerakan ikan di air, dan penanganan ikan di atas kapal. Riwayat perjalanan itu terekam dalam buku pelaut milik mereka.

Baca juga: Polda Kepri Tangani Kasus Dugaan Perdagangan Orang di Kapal Berbendera China

Setelah tamat, mereka diberi sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat II bagi yang mengambil jurusan nautika dan sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat II bagi yang mengambil jurusan mesin. ”Yang nautika itu jadi nakhoda dan teknika itu jadi kepala kamar mesin. Meski dari dua jurusan berbeda, mereka punya satu kesamaan, yakni bisa menangkap ikan,” kata Jais.

Memuat data...

KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA

Betrans Ramadhani Wisanto berlatih mengemudikan kapal tanker menggunakan simulator, Rabu (16/9/2020), di SMK Pelayaran Pembangunan, Ciracas, Jakarta Timur.

Latihan yang dilakukan La Risman juga dijalani oleh Betrans Ramadhani Wisanto (17), siswa SMK Pelayaran Pembangunan di Ciracas, Jakarta Timur. Bedanya, Betrans rutin berlatih dengan simulator. Betrans ingin menjadi kapten kapal dengan sertifikat Ahli Nautika Tingkat I.

Butuh proses panjang untuk mendapat sertifikat itu. Kepala SMK Pelayaran Pembangunan Abdul Kholik mengatakan, supaya para siswa kompeten, dilakukan pembinaan dan pelatihan yang ketat. ”Dengan pembinaan di sini, maka bekerja di kapal (termasuk kapal ikan) nantinya tidak perlu dengan tenaga-otot, tetapi tenaga-otak,” ujarnya.

Baca juga: Calon Pelaut Terombang-ambing di Tengah Arus Pandemi

Betrans tahu risiko bekerja di laut lebih besar daripada kerja di darat. Namun, ia paham peluang sukses lebih besar di laut. Seorang pamannya sejahtera karena jadi pelaut. Sementara mantan gurunya jadi kapten kapal berbendera Amerika Serikat dan gajinya sekitar Rp 125 juta per bulan. ”Saya ke laut ingin mengubah nasib keluarga,” ujar Betrans yang belajar nautika kapal niaga di SMK Pelayaran Pembangunan itu.

Memuat data...

KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA

Instruktur memantau simulator kapal, Rabu (16/9/2020), di SMK Pelayaran Pembangunan, Ciracas, Jakarta Timur.

Mimpi seperti itu telah diraih salah seorang lulusan SUPM Ambon, Elias Patinama (20). Sejak 2019, ia bekerja di Jepang. Gajinya hingga Rp 15 juta per bulan ditambah aneka tunjangan. Sebagian gajinya kemudian dipakai untuk membiayai sekolah adik-adik Elias, membeli perahu, dan motor tempel untuk perahu.

SUPM Ambon yang berdiri sejak 1986 itu telah memberangkatkan ratusan lulusannya bekerja di kapal-kapal asing. Bagi yang akan berangkat lewat jalur yang dibantu sekolah, mereka harus lulus sejumlah tes. Paling awal adalah sertifikat ahli teknika atau nautika serta buku pelaut. Setelah itu, ada ujian kekuatan lengan sebagai persiapan kalau mereka bekerja di kapal ikan dengan pancing senar panjang.

La Risman, yang siang itu bertarung dengan gelombang di geladak Alalunga, punya mimpi serupa. ”Bapak saya nelayan pesisir, tetapi saya punya cita-cita jadi pelaut dunia,” ujarnya. (RAZ)

Let's block ads! (Why?)



"selamat" - Google Berita
September 22, 2020 at 06:38PM
https://ift.tt/2ZZSRFM

Berlatih Ketat, Berbuah Selamat - kompas.id
"selamat" - Google Berita
https://ift.tt/35maaAR
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Berlatih Ketat, Berbuah Selamat - kompas.id"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.