Selamat ‘Idul Fitri, Minal ‘Ãidīn wal Fāizīn
Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, MA.*
Tiada ungkapan yang paling popular hari-hari ini kecuali ungkapan “‘Idul Fitri” dan “Minal ‘Aidin wal Faizin”, karena kita memang berada dalam momentum “Hari Raya ‘Idul Fitri 1445 Hijriah”.
Suatu momentum yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat muslim khususnya, dan masyarakat di berbagai belahan dunia pada umumnya. Sejak beberapa hari sebelumnya berbagai kalangan sudah mempersiapkan acara-acara spesial menyongsong ‘Idul Fitri, di media massa sudah ramai dengan ucapan selamat, di media elektronik seperti radio dan televisi sudah sekian lama mendesain acara spesial, di jejaring sosialpun tidak kalah semaraknya, sehingga banyak handphone yang trouble sejak memasuki satu syawal, karena banyaknya pesan yang tersimpan dan diterima, ini semua menunjukkan bahwa ‘Idul Fitri benar-benar menjadi momentum istimewa yang ditunggu-tunggu semua kalangan.
Selain itu, banyak sekali ungkapan tentang ‘Idul Fitri yang digunakan akhir-akhir ini, seperti: ‘îdul fitri, “‘id mubârak”, “ja’alanâllâh wa iyyâkum minal ‘âidîn wal fâizîn”, dan sebagainya. Namun ungkapan yang paling popular di kalangan masyarakat kita dalam menulis dan mengungkapkan ucapan selamat dan rasa syukur biasanya hanya mengatakan minal ‘âidîn wal fâizîn.
Ungkapan kegembiraan ini bukan lagi menjadi monopoli yang beragama Islam, karena non muslimpun fasih mengucapkannya meskipun tidak dijamin memahami makna yang sebenarnya, ungkapan kegembiraan ini seolah telah menjadi milik bersama warga dunia.
Mari kita telaah bersama makna di balik ucapan selamat tentang ‘Idul Fitri ini.
Sebagai puncak berakhirnya pelaksanaan ibadah puasa, ‘Ĩdul Fitri tentu memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri. Secara kebahasaan (etimologi), kata ‘id dalam bahasa arab diambil dari akar kata ‘ain-wa-da, yang memiliki banyak arti, antara lain memiliki arti kembali atau kembali ke asal.
Pengertian ‘îdul fitri sebagai kembali ke asal adalah pengertian yang sangat relevan dengan makna yang akan dicapai dalam pelaksanaan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan sarana penyucian diri, media pendidikan yang sangat strategis, training pendidikan ssamawi, tentu saja apabila ibadah puasa dijalankan dengan penuh kesungguhan, ketulusan, dan hanya mengharap ridla Allah Swt. Sebagaimana diajarkan Rasulullah Saw berkaitan dengan asal kejadian manusia.
Dikatakan dalam hadits Rasulullah Saw bahwa setiap anak yang lahir adalah suci.
Penegasan yang berkenaan dengan kesucian bayi yang baru lahir juga dinyatakan dalam hadits lain yang menyatakan bahwa seorang bayi apabila meninggal, maka ia dijamin akan masuk surga.
Itulah gambaran kita jika berpuasa ramadlan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, jaminannya adalah jaminan kesucian dan surga.
Istilah Minal ‘Ăidîn wal Fâizîn, adalah harapan dan do’a yang selalu kita ucapkan kepada sanak keluarga dan handai taulan pada saat ’idul fitri, setelah sebulan lamanya berpuasa.
Sayang, kita tidak dapat merujuk kepada al-Qur’an untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kata ‘âidîn. Namun dari segi bahasa, minal ‘âidîn berarti “(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali”. Kembali di sini adalah kembali kepada fitrah, yakni kembali ke “asal kejadian”, atau “kesucian”, atau “keimanan”, atau “agama yang benar”.
"selamat" - Google Berita
April 12, 2024 at 06:55AM
https://ift.tt/lkON7FA
Selamat ‘Idul Fitri, Minal ‘Ãidīn wal Fāizīn - Radar Jember - Radar Jember
"selamat" - Google Berita
https://ift.tt/uVKtM0Y
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Selamat ‘Idul Fitri, Minal ‘Ãidīn wal Fāizīn - Radar Jember - Radar Jember"
Posting Komentar