Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas ditutup melemah pada perdagangan Rabu (17/3/2021), di tengah kekhawatiran pelaku pasar akibat terus meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dapat menyebabkan inflasi menjadi lebih tinggi.
Selain itu, bursa Asia cenderung lesu karena pelaku pasar sedang wait and see jelang agenda Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS yang sudah dimulai hari ini hingga Kamis (18/2/2021) waktu AS.
Hanya indeks Hang Seng Hong Kong dan indeks Straits Times Singapura yang mampu berbalik arah ke zona hijau pada penutupan hari ini.
Indeks Hang Seng ditutup naik tipis 0,02% ke 39.034,12 dan indeks Straits Times ditutup menguat 0,13% ke 3.109,65.
Sedangkan sisanya ditutup di zona merah pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup turun tipis 0,02% ke 29.914,33, Shanghai Composite China juga ditutup terkoreksi tipis 0,03% ke 3.445,55, dan KOSPI Korea Selatan terpaksa merosot 0,64% ke 3.047,5.
Sementara untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,51% ke level 6.277,23 pada hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi bursa masih terbatas yakni sebesar Rp 10,2 triliun. Namun investor asing kali ini melakukan aksi beli, dengan nilai pembelian bersih (net buy) Rp 196 miliar di pasar reguler.
Agenda FOMC bank sentral AS akan dimulai pada hari ini dan berakhir pada Kamis (18/3/2021) besok waktu AS.
The Fed diperkirakan akan memacu pertumbuhan ekonomi lebih lanjut yang akan membuat kebijakan moneter longgarnya jadi sorotan apakah akan dilanjut atau dikurangi, terutama setelah pemerintah AS mengucurkan stimulus senilai US$ 1,9 triliun.
Investor juga akan memantau komentar Powell, di mana komentarnya akan menjadi catatan penentuan kebijakan bank sentral lain di seluruh dunia. Bank sentral Jepang dan Indonesia akan menggelar rapat serupa besok yang juga akan mengumumkan suku bunga acuan.
"Kami berharap (Ketua Jerome) Powell dalam FOMC dapat melakukan intervensi jika pasar obligasi menjadi tidak teratur atau membatasi pemulihan ekonomi," tulis analis Commonwealth Bank of Australia, dikutip dari Reuters.
"Tapi kami memperkirakan Powell akan menolak pembicaraan tentang pengetatan kebijakan karena banyaknya kelonggaran pasar tenaga kerja," tambahnya.
"Imbal hasil obligasi dan indeks dolar bisa melonjak jika pernyataan pasca-rapat FOMC dan pernyataan Powell tidak dianggap cukup dovish."
Disisi lainnya, fokus pelaku pasar saat ini tertuju pada inflasi di Amerika Serikat (AS) dan potensi terulangnya taper tantrum akibat kenaikan yield obligasi seperti tahun 2013 silam.
CNBC International menuliskan, setelah lebih dari setahun pandemi, investor menilai penanganan pandemi sudah mulai teratasi dengan vaksinasi yang marak dilakukan di berbagai negara untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
Pemulihan ekonomi global yang semakin nyata diiringi oleh kenaikan yield Treasury yang masih terjadi dapat menyebabkan inflasi akan meninggi.
Adapun yield Treasury AS acuan tenor 10 tahun masih berada di kisaran level 1,6%, atau lebih tepatnya di level 1,62% pada hari ini. Pada akhir pekan lalu, yield Treasury naik ke level 1,642%, level tertingginya sejak Februari tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)
"selamat" - Google Berita
March 17, 2021 at 04:37PM
https://ift.tt/3tHaXcf
Bursa Asia Berjatuhan, tapi Hang Seng & STI Selamat Market - 5 jam yang lalu - CNBC Indonesia
"selamat" - Google Berita
https://ift.tt/35maaAR
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bursa Asia Berjatuhan, tapi Hang Seng & STI Selamat Market - 5 jam yang lalu - CNBC Indonesia"
Posting Komentar