Search

Sejarah dan Literasi Kunci untuk Selamat dari Bencana - kompas.id

Memuat data...

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Pulau Simeulue yang diabadikan dari udara pada Sabtu (31/3). Tsunami dikenal oleh masyarakat Simeulue dengan Smong, yakni peristiwa air laut surut setelah terjadi gempa. Saat mengalami terjadi Smong, masyarakat dan hewan ternak berlari mengamankan diri ke bukit terdekat.

JAKARTA, KOMPAS-Pengetahuan lokal tentang bencana terbukti bisa menyelamatkan masyarakat, sebagaimana terjadi pada masyarakat di Pulau Simeulue, Aceh yang selamat dari tsunami 2004. Namun demikian, siklus bencana yang panjang sering menyebabkan pengetahuan ini terputus atau kehilangan konteks sehingga penting membangun literasi tentang bencana.

"Masyarakat lokal, melalui pengetahuan dan pengalaman mereka telah memberi kontribusi penting, termasuk dalam membangun peringatan dini," Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati, saat membuka seminar internasional Literasi Sejarah Kebencanaan 2021, Rabu (22/10/202`1).

Sebagaimana diketahui, begitu terjadi gempa bumi pada 26 Desember 2004, masyarakat di Pulau Simeulue segera menjauh dari pantai dan lari ke perbukitan, karena mereka mengetahui tsunami bakal segera terjadi. Pengetahuan ini didapatkan dari pengalaman tsunami atau dalam bahasa lokal disebut smong yang pernah melanda pulau di Samudera Hindia ini pada tahun 1907.

Menurut Raditya, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman lokal ini dalam penanggulangan bencana, telah menjadi salah satu tujuan Indonesia dalam menjalankan Kerangka Kerja Sendai tentang Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030. Berbagai pengetahuan lokal ini, selain data-data sejarah tentang bencana Indonesia saat ini sudah bisa diakses di portal BNPB.

Baca juga: Pengetahuan Lokal Penyelamat Hayat

Memuat data...

KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Papan penunjuk jalur evakuasi bahaya tsunami terpampang di tepi jalan di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebagaimana terlihat Selasa (8/6/2021). Tambakrejo merupakan salah satu desa di pesisir selatan Kabupaten Malang.

Sejarah Bencana

Ronald Haris, geolog Amerika Serikat yang banyak meneliti tentang gempa bumi di Indonesia mengatakan, data-data sejarah sangat penting dalam literasi kebencanaan. "Masa lalu adalah kunci untuk masa depan. Seperti diingatkan juga Presiden Soekarno, jangan lupakan sejarah," kata dia.

Data-data sejarah, misalnya catatan botanis Rumphius tentang gempa bumi dan tsunami besar yang melanda Maluku pada tahun 1629. Dari data ini, yang meliputi ketinggian tsunami di berbagai kawasan Pulau Ambon dan Pulau Seram, bisa menjadi dasar dalam pembuatan model tentang potensi keberulangan gempa bumi dan tsunami di masa depan.

Masalahnya, siklus gempa bumi bisa terjadi ratusan tahun sehingga kerapkali bencana yang terjadi di masa lalu tidak terdapat dalam catatan sejarah. Misalnya, tidak ada data historis tentang gempa bumi dan tsunami besar yang melanda selatan Jawa di masa lalu.

Oleh karena itu, data sejarah ini perlu dilengkapi dengan data geologi. Berdasarkan deposit tsunami yang ditemukan di sejumlah kawasan pesisir, menurut Ronald, selatan Jawa pernah dilanda gempa bumi dan tsunami besar.

Jadi, menurut Ronald, penilaian tentang risiko di suatu kawasan, bisa dibangun dari kontribusi data sejarah, catatan geologi, identifikasi seismic gap, dan prediksi kemungkinan ke depan. "Tapi ini saja tidak cukup untuk menyelamatkan nyawa. Berikutnya, komunikasikan pengetahuan ini dengan efektif ke masyarakat untuk mengurangi risikonya," kata dia.

Guru Besar Filologi dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Oman Fathurrahman mengatakan, Indonesia cukup kaya dengan manuskrip tentang bencana di masa lalu. Misalnya, tentang gempa bumi dan tsunami terdapat naskah Takbir Gempa yang ditemukan di Aceh, yang merinci tentang kejadian ikutan yang terjadi jika terjadi gempa bumi dengan sekuen bulan hingga jam, dalam rentang waktu satu tahun.

Naskah ini juga ditemukan di Sumatera Barat dengan nama Takwil Gempa, di Cirebon Kitab Palindon dan di Yogyakarta Kitab Lindu.  Dalam salah satu bagian naskah ini disebutkan, ”Jika gempa pada bulan Rajab, pada waktu subuh, alamatnya segala isi negeri bersusah hati dengan kekurangan makanan. Jika gempa pada waktu duha, alamatnya air laut keras akan datang ke dalam negeri itu….”

Selain menjelaskan tentang tsunami yang bisa jadi kejadian ikutan pascagempa bumi, menurut Oman, ada juga manuskrip yang sudah menyebut tentang likuefaksi. "Misalnya di manuskrip disebut, jika gempa terjadi waktu asar, alamat berpindah suatu tempat ke tempat lain sebagaimana terjadi dengan likuefaksi di Palu. Ini pertanda saja, bahwa gempa, tsunami, likuefaksi itu pernah terjadi. Memori kolektif tentang gempa itu sangat merata," kata dia.

Baca juga: Deretan Panjang Gempa Merusak di Jawa yang Dilupakan

Oman menambahkan, sebagian naskah juga menjelaskan mengenai upaya yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri dari bencana. Misalnya, Hikayat Merpati Mas yang terinspirasi dari kejadian letusan Krakatau 1883 menyebutkan agar orang segera lari ke tempat tinggi untuk selamat dari terjangan tsunami."Hal ini juga disebut dalam syair Lampung Karam," kata dia.

Adblock test (Why?)



"selamat" - Google Berita
October 13, 2021 at 07:35PM
https://ift.tt/3BFI2JS

Sejarah dan Literasi Kunci untuk Selamat dari Bencana - kompas.id
"selamat" - Google Berita
https://ift.tt/35maaAR
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sejarah dan Literasi Kunci untuk Selamat dari Bencana - kompas.id"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.